B. FONEM
Fonem adalah satuan bunyi bahasa
terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk
membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung
arti.
Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.
Fonem sebuah istilah linguistik dan
merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang
masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi
[k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata
"cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa
Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya
ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi
[f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila
dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam
bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem
[l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak
akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita
gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan
[r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan
malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem
[l].
Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian
fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari,
tari, sari, jika satu unsur diganti dengan unsur lain maka akan membawa
akibat yang besar yakni perubahan arti.
MORFOLOGI
Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi
satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal
Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
Jenis-jenis Morfem
Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi
berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya
dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih
jelas, berikut ini sariannya.
1)
Ditinjau dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.
a)
Ditinjau dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif
(penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya
terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit.
Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti
bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh
perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat
dalam bahasa Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak
alomorf. Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem
/f…t/, /m…s/, /m…n/ dan /iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang
pertama dapat diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan
bentuk-bentuk yang kedua merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang
kedua inilah yang merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf
yang bersifat penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot
dan feet, /aw/ diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice,
dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan men.
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam
bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina
dan jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Betina
/mov εs/
/fos/
/bon/
/sod/
/ptit/
|
Jantan
/mov ε/
/fo/
/bo/
/so/
/pti/
|
Arti
buruk
palsu
baik
panas
kecil
|
Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk
betina’ yang dikurangi konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan
konsonan akhir itu merupakan morfem jantan.
b)
Ditinjau dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam
yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan.
Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem
imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem yang bersifat
urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/. Ketiga morfem
itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
Contoh morfem yang bersifat
sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk
merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan atau disebut pula
morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/
dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/
terdiri dari /k∂…an/ dan
/hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk /k∂-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem
simultan, terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/ atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering
disebut morfem kontinu ( discontinous morpheme ).
2)
Ditinjau dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem
bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri
dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :
bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an.
Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai
oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar.
Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah,
dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-,
-i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang,
gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar
(1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan
dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur
yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang,
tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem
unik.
SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti
“menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis
terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan
(K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa,
dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku,
penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.
Eksistensi struktur sintaksis
terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi;
bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi.
Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang
lain.
KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kataberperan
sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai
dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Kata sebagai pengisi satuan
sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata yaitu kata penuh dan kata
tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna,
mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata
penuh adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan
numeralia.
Kata tugas adalah kata
yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi,
merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak dapat berdiri
sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan
konjungsi
FRASE
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase
tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam
kalimat.
KLAUSA
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa
kata atau frase, yang berungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi
sebagai subjek, objek, dan keterangan
KALIMAT
Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan
kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam
kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan
klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Alwi dkk. 2003. Tata Bahasa Baku
bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Kajian Bahasa Indonesia di SD. Jakarta :
Balai Pustaka.
http://id.wikipedia.org/fonologi/bahasa_indonesia. diunduh
pada tanggal 4 Maret 2010
http://esteemje.blogspot.com/2007/12/fonem-bahasa-indonesia-html. diunduh
pada tanggal 4 Maret 2010
http://mallcom.wordpress.com/2007/08/01/belajar_fonologi_indonesia. diunduh
pada tanggal 4 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar