Hakikat Menyimak Teks Informatif
Hakikat Menyimak Teks Informatif Pembahasan Hakikat Menyimak Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga mempelancar keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang maka akan
PENDAHULUAN
Pembahasan Hakikat Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan.
Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau
pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga mempelancar
keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang
maka akan semakin baik pula daya serap informasi atau pengetahuan
yang disimaknya.
Apakah yang dimaksud dengan teks informatif? Informasi itu, artinya
berita, kabar, penjelas/pemberitahuan tentang suatu hal/objek tertentu.
Sumber/pemberi informasi disebut informan yaitu orang yang memberikan
informasi. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan teks informatif ialah
teks yang memuat berita, kabar, panjelas/pemberitahuan tentang suatu
hal.
tahapan proses menyimak yaitu tahap mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi, memahami, menilai, dan menanggapi
menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi
memerlukan kegiatan lainnya yakni memahami (understanding) isi
pembicaraan yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih jauh lagi
diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang
disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya
dalam proses menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada
kegiatan ini si penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan
maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni menanggapi
(responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan,
menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.
Berdasarkan hal tersebut, dalam menyimak diperlukan suatu kemampuan
khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan
(Poerwadarminta, 1984:628). Menyimak dapat juga diartikan sebagai
memperhatikan baik-baik yang diucapkan atau dibaca orang
(Pusbinbangsa, 1988:840). Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat
dirumuskan kemampuan menyimak itu adalah kemampuan, kesanggupan,
kecakapan, siswa menerima dan memahami apa yang diucapkan atau
dibaca orang lain. Urias (1987:21) juga memperjelas bahwa kemampuan
menyimak merupakan proses belajar mengajar dan pembentukan
kebiasaan yang terus-menerus. Seperti yang kemukakan Bloom yang
berhubungan dengan aspek kognitif di dalam menyimak dapat berupa
kemampuan menyimak tingkat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi (Nurgiantoro, 1995:237).
Kegitan menyimak yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi,
kemampuan membedakan, intelegensi, perhatian, dan motivasi yang
harus dikerjakan secara integral dalam tindakan yang optimal pada saat
kegiatan menyimak berlangsung baik menyimak intensif maupun
ekstensif. Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu
kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol pada suatu hal tertentu baik
dari program pengajaran bahasa maupun pemahaman serta pengetahuan
umum secara kritis, konsentratif, kretaif, eksploratif interogatif, dan
selektif, berbeda dengan menyimak ekstensif. Untuk melaksanakan dan
mengoptimalkan kemampuan menyimak mahasiswa tersebut, salah satu
pendekatannya adalah pendekatan kontekstual.
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa diantara empat
keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca dan berbicara.
Keterampilan menyimak dapat kita klasifikasikan ke dalam keterampilan
berbahasa yang paling awal kita peroleh. Dalam kajian proses perolehan
bahasa anak, maka keterampilan ini memegang peranan yang tidak kecil,
bahkan dapat dikatakan sangat penting. Pengenalan satu wujud benda
tertentu tidak akan berarti apa- apa tanpa adanya penyebutan atau
penamaan benda itu oleh orang lain atau anak. Perolehan suatu kata
lewat pendengaran itulah yang memberikan makna pada benda yang
diperlihatkan kepada anak tersebut.
Jenis tes untuk mengukur kemampuan menyimak adalah tes respons
terbatas, tes respons pilihan ganda, dan tes komunikasi luas.
“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi
atas makna yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak melinbatkan
pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan
situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus
diperhitungkan dalam menentukan maknanya.
Tes Menyimak
Tes menyimak adalah tes yang tidak hanya untuk mengetahui
apakah seseorang mendengarkan atau tidak, tetapi juga untuk mengukur
kemampuan seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya.
Sampel yang disimakkan dalam tes ini dapat berupa satu kalimat
perintah, pertanyaan, atau pernyataan tentang fakta; juga berupa
simulasi percakapan singkat atau uraian wacana ekspositori. Namun,
apapun hakikat sampel itu, peserta tes (subjek) dituntut secara serentak
(simultan) menanggapi ”sinyal” fonolofis, gramatikal, dan leksikal; dengan
jawaban mereka menunjukkan sejauh mana mereka dapat menangkap
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyimak
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi, Drs.; 1995: 18)
Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Djago Tarigan; 1991: 4).
2.2 Tujuan Menyimak
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta
b. Untuk menganalisis fakta
c. Untuk mengevaluasi fakta
d. Untuk mendapatkan inspirasi
e. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri
2.3 Jenis-Jenis Menyimak
Pengklarifikasian menyimak berdasarkan:
a. Sumber suara
b. Cara penyimak bahan yang disimak
c. Tujuan menyimak
d. Taraf aktivitas penyimak
Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi
2) Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi
Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1) Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Menyimak ekstensif meliputi
a) Menyimak sosial
b) Menyimak sekunder
c) Menyimak estetik
2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Menyimak intensif meliputi:
a) Menyimak kritis
b) Menyimak introgatif
c) Menyimak penyelidikan
d) Menyimak kreatif
e) Menyimak konsentratif
f) Menyimak selektif
Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman & butterfield membedakan menyimak menjadi:
a) Menyimak sederhana
b) Menyimak diskriminatif
c) Menyimak santai
d) Menyimak informatif
e) Menyimak literatur
f) Menyimak kritis
Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:
a) Kegiatan menyimak bertarap rendah
b) Kegiatan menyimak bertaraf tinggi
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
1. Unsur Pembicara
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
2. Unsur Materi
Unsur yang diberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematis dan seimbang
3. Unsur Penyimak / Siswa
a. Kondisi siswa dalam keadaan baik
b. Siswa harus berkonsentrasi
c. Adanya minat siswa dalam menyimak
d. Penyimak harus berpengalaman luas
4. Unsur Situasi
a. Waktu penyimakan
b. Saran unsur pendukung
c. Suasana lingkungan
2.5 Ciri-Ciri Penyimak Ideal
Menurut Djago Tarigan mengidentifikasi ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut:
1. Berkonsentrasi
Artinya penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak
2. Penyimak harus bermotivasi
Artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga untuk menyimak kuat
3. Penyimak harus menyimak secara menyeluruh
Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu
4. Penyimak harus menghargai pembicara
5. Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti
6. Penyimak harus sungguh-sungguh
7. Penyimak tidak mudah terganggu
8. Penyimak harus cepat menyesuaikan diri
9. Penyimak harus kenal arah pembicaraan
10. Penyimak harus kontak dengan pembicara
11. Kontak dengan pembicara
12. Merangkum
13. Menilai
14. Merespon
2.6 Kegiatan Menyimak
1) Proses menyimak komprehensif
Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak:
a) Rangsang bunyi
Weafer 91972) memasukan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe-tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dapat dimaknai oleh penyimak
b) Penerimaan alat peraga
c) Perhatian dan penyelesaian
d) Pemberian makna
2) Fungsi comprehensive listening
Fungsinya berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya kaitan antara satu pesan dengan lainnya agar sampai pemahaman yang dikehendaki.
3) Faktor-faktor yang berkaitan dengan menyimak konprehensif
a) Memori
Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting
- Menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas
- Memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita kepada suatu aktivitas apabila konsep-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain
- Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman/ pengetahuan dan informasi-informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Beberapa teori yang memberikan penjelasan tentang penyebab mengapa informasi yang disimpan dalam memori hilang (lupa)
1) Fuding teori (teori pemudaran): maksudnya informasi yang tidak sering digunakan akan memudar / perlahan-lahan hilang
2) Distortion theory: informasi yang mirip dengan informasi yang lainnya tidak dapat dibedakan, yang telah disimpan di ingatan
3) Superssion Theory: teori ini menyatakan pesan akan hilang akibat hambatan multivasional (melukai)
4) Interference Theory: teori ini menyatakan informasi yang telah di dapat sebelumnya akan bercampur dengan informasi yang baru didapat
5) Processing Break down theory: teori ini berpendapat bahwa tak satupun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda (sistem coding ambigu)
Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat apabila informasi itu:
1) Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan
2) Dianggap lain dari pada informasi yang lain atau dianggap unik (tidak wajar)
3) Terorganisir dan
4) Berupa informasi visual
Menurut Montgo Mery ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat meningkatkan daya mengingat kita. Kita harus memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan daya ingatan, meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan, dan peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.
b) Konsentrasi
Salah satu alasan mengapa pendengar tak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan (penuturan) adalah kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi. Untuk memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang saja.
Alasan yang kedua adalah karena pendengar salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy). Menurut Erving Goffman, bentuk standar dan kesalahan penafsiran meliputi hal-hal berikut:
1) Pencakupan / pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi / rangsang dari luar
2) Kesadaran diri
3) Kesadaran berinteraksi
4) Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan
Ada tiga alasan lain yang menyadari alasan kurangnya konsentrasi di atas diantaranya; kurangnya motivasi diri dan kurangnya tanggung jawab
c) Pembendaharaan kata
Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosa kata. Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam pemahaman pendengar.
Dalam peran kita sebagai komunikator, kita memiliki empat jenis kosa kata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya, jenis kosa kata itu dibedakan berdasarkan usia, saat seseorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
1) Sampai kira-kira seseorang mencapai usia sebelas tahun kosa kata fungsional terbesar yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar (listening vocabulary) artinya pengayaan kosa katanya pada fase ini dapat dan hasil simakan dari kehidupan sehari-hari
2) Setelah lewat usia dua belas, kosa kata simakan yang seseorang miliki, umumnya dipengaruhi oleh kosa kata atau hasil membaca (reading vocabulary).
Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosa kata sebesar 20.00 kata.
Untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut langkah-langkah Pauk dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah menumbuhkan minat kata-kata. Ada dua kemampuan dasar yang dapat membantu kita untuk mempelajari kata-kata baru berdasarkan maknanya adalah kemampuan menganalisa struktur dan kemampuan menganalisa konteks kata keterampilan pertama tadi yaitu analisis struktur.
2. Langkah yang kedua adalah mempelajari makna dari kata-kata yang tidak lazim dari konteks-konteksnya.
Ada 2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal yakni petunjuk sematik (makna kata) dan sintaksis (struktur kalimat), yang termasuk ke dalam petunjuk sematik adalah petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas pengalaman, situasi,.
Petunjuk kontekstual kedua adalah petunjuk sintaksis berupa pola-pola penyusun kalimat yang menjadi penyusun suatu kalimat.
d) Faktor-faktor tambahan
1) Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah
2) Tak banyak mengenal paliditas dan realibitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian
3) Karena sebagian besar peneliti belum terkoordinir dengan baik.
Ada beberapa variabel yang mempengaruhi keefektifan menyimak konprehensif adalah usia, motivasi, intelgensia, tingkat pencapaian, kemampuan berbicara, pemahaman membaca, kemampuan belajar, kemampuan berbahasa dan cultural
BAB III
PENUTUP
Hakekat dari ilmu menyimak adalah suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan merealisasi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan.
Jadi menyimak sangatlah penting bagi para pelajar terutama siswa SD, menyimak bertujuan untuk menangkap, memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Keterampilan menyimak sangatlah penting, baik di luar maupun di sekolah, namun demikian di Indonesia kelihatanya belum mendapat tempat yang menggembirakan. Hal ini terbukti belum dimasukannya menyimak secara eksplisit pada GBPP bidang studi.
Kegiatan menyimak ternyata besar sekali peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga, di masyarakat di pabrik, di kantor, di perusahaan, di sekolah dan sebagainya.
Kita tahu bahwa kegiatan menyimak sangat banyak dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, namun kenyataannya masih jarang sekali orang-orang yang berminat mengadakan penelitian di bidang menyimak.
Jenis-jenis Menyimak bahasa indonesia
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak Ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Jenis menyimak ini dapat digunakan bagi dua jenis tujuan yang berbeda:
a. Untuk menagkap atau mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru
b. Dapat pula member kesempatan bagi para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitasnya untuk menanganinya
Menyimak jenis ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menyimak social/konvensional/sopan
Menyimak jenis ini biasanya berlangsung dalam situasi social. Menyimak social ini berlangsung dalam beberapa fase yakni menyimak social, sekunder dan estetik
Menyimak social ini juga mencakup dua hal:
1. Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi social dengan suatu maksud
2. Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson:1972:69)
2) Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ektensif (extensive listening)
3) Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak Apresiatif
Menyimak estetik ini mencakup:
a. Menyimak music, puisi, pembacaan bersama atau drama, radio dan rekaman-rekaman.
b. Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa maupun actor (Dawson (etall), 1963:153)
4) Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawas, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut:
a. Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir-butir bahwa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau
b. Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian umum
Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:
1. Menyimak kritis
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupaya untuk mencari keslahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Berikut ini 10 usaha menyimak kritis:
1) Memperhatikan ketepatan bahasa ujaran
2) Menentukan alasan-alasan mengapa
3) Memahami makna petunjuk konteks
4) Membedakan fakta dengan fantasi
5) Menarik kesimpulan
6) Membuat keputusan
7) Menemukan pemecahan masalah
8) Menentukan informasi baru
9) Menginterpretasi ungkapan, idiom, istilah baru
10) Bertindak objektif dan evaluatik
Situai-situasi yang menuntut kita menyimak kritis:
a. Pidato-pidato politis
b. Pidato-pidato filosofis
c. Kata-kata memikat dari tukang obral
Berikut ini merupakan empat konsep menyimak kritis:
a. Pembicara mendukung masalah yang dikemukakan
b. Pembicara Mendemontrasikan keyakinannya
c. Pembicara Berfikir secara deduktif
2. Menymak konsentratif (a study type listening)
Kegiatan menyimak yang sejenis dengan telaah. Berikut ini adalah aneka kegiatan menyimak konsentratif.
a. Mencari hubungan
b. Mencari informasi
c. Memperoleh pemahaman
d. Manghayati ide-ide
e. Memahami urutan ide-ide
f. Mencatat fakta-fakta
g. Mengikuti petunjuk
3. Menyimak kreatif (creative listening)
Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (dawson (et all), 1963:153)
Kegiatan menyimak kreatif diantaranya:
a. Mengasosiasikan makna-makna dengan pengalaman menyimak
b. Merekonstruksi imaji-imaji visual sementara menyimak
c. Mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif dalam karya
d. Memecahkan masalah, memeriksa dan mengujinya.
4. Menyimak eksplorasif
Menyimak eksplorasif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Kegiatan menyimak eksplorasif ini meliputi:
1. Menemukan hal baru
2. Menemukan Informasi tambahan
3. Menemukan isu menarik
5. Menyimak interogatif
Menymak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan.
Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara 9dawson [et all], 1963:153)
6. Menyimak selektif
Alasan mengapa kita harus menyimak secara selektif:
1) Kita jarang sekali mendapat kesempatan untuk berpratisipasi secara sempurna dalam suatu kebudayaan asing dan oleh karena itu hidup kita yang berisi dan bersegi ganda itu turut mengganggu kapasitas kita untuk menyerap
2) Kebiasaan-kebiasaan kita kini cenderung membuat kita menginterpretasikan kembali rangsangan-rangsangan akustik yang disampaikan oleh telinga kita ke otak kita dan karenanya kita memperoleh suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.
Cirri-ciri bahasa yang hendaknya disimak selektif:
a. Nada suara
b. Bunyi-bunyi asing
c. Bunyi-bunyi yang bersamaan
d. Kata dan frasa
e. Bentuk-bentuk ketatabahasaan.
Pengertian, Fungsi, Tujuan, Peran dan Proses Menyimak
a. Pengertian Menyimak
Berikut ini terdapat beberapa pengertian menyimak yang dikemukakan oleh para ahli.
1. Menurut H. G. Tarigan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2. Menurut Anderson
Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambing-lambang lisan.
3. Menurut Russel&Russel 1959
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi
4. Menurut Drs. Hanapi Natasasmita
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak
5. Menurut Djago Tarigan
Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan
6. Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
b. Fungsi Menyimak
Berikut ini terdapat beberapa fungsi dalam melaksanakan kegiatan menyimak.
1. Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif
2. Memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut pautnya dengan pekerjaan atau profesi
3. Dapat memberikan respon yang tepat
4. Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal
c. Tujuan Menyimak
•Menurut H.G. Tarigan
1. Menyimak untuk belajar
2. Menyimak untuk Menikmati keindahan audial
3. Menyimak untuk Mengevaluasi
4. Menyimak untuk Mengapresiasi materi simakan
5. Menyimak untuk Mengkomunikasikan ide-ide
6. Menyimak untuk Membedakan bunyi-bunyi
7. Menyimak untuk Memecahkan masalah
8. Menyimak untuk Meyakinkan
• Menurut Bunga Ayesha dalam modul hakikat menyimak
1. Mendapatkan fakta
2. Mengevaluasi fakta
3. Menganalisis fakta
4. Mendapatkan inspirasi
5. Menghibur diri
6. Meningkatkan kemampuan berbicara
d. Peran Menyimak
1. Landasan belajar berbahasa
2. Penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis
3. Pelancar komunikasi lisan
4. Penambah informasi
e. Proses Menyimak
1. Tahap mendengar (hearing)
2. Tahap memahami (understanding)
3. Tahap menginterpretasi (interpreting)
4. Tahap mengevaluasi (evaluating)
5. Tahap menanggapi (responding)
Faktor-Faktor Keberhasilan Menyimak
A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK PADA UMUMNYA
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyimak. Tarigan (1990) dan Solichi dkk (1976) menyebutkan factor tersebut meliputi hal-hal berikut:
1. Faktor fisik
Yang dimaksud faktor fisik di sini adalah dapat berupa factor internal yakni keadaan fisik penyimak serta factor eksternal yakni factor yang berasal keadaan dari si pembicara. Gangguan fisik tersebut bisa berupa kelelahan, kurang gizi, dan mengidap penyakit fisik (Tarigan, 1990). Dengan begitu, kesehatan dan kesejahteraan fisik penyimak waktu melakukan kegiatan menyimak merupakan model yang penting dalam menentukan keberhasilan menyimak.
2. Faktor psikologis
Yang dimaksud faktor psikologis adalah faktor yang melibatkan sikap/ minat/ motivasi dan sifat-sifat pribadi penyimak terhadap apa yang disimak (Tri Priyatni dkk, 1996). Faktor tersebut dapat berupa prasangka dan kurang simpatik terhadap pembicara, keegosentrisan terhadap minat dan masalah pribadi, kepicikan yang menyebabkan pandangan kurang luas, kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap topik pembicaraan, dan sikap yang tidak layak terhadap pembicara maupun topik yang dibicarakan. Jalan keluar dari faktor ini adalah kita sebagai pembimbing penyimak bisa memberikan bimbingan untuk memperbaiki kondisi yang negatif.
3. Faktor pengalaman
Faktor pengalaman yang telah dimiliki penyimak misalnya berupa pengalaman masa lalu, peristiwa yang pernah dialami oleh yang berhubungan dengan topik yang disimak ataupun pengetahuan kekayaan kosakata yang berupa idiom, istilah, kata-kata sulit yang dimiliki oleh si penyimak sangat membantu untuk menangkap pesan tuturan wacana baru yang disimak.
4. Faktor Jenis Kelamin
Beberapa peneliti menunjukkan adanya perbedaan perhatian dan cara merumuskan perhatian antara anak laki-laki dan perempuan dalam kegiatan menyimak. Penelitian yang dilakukan Silverman dan Webb dalam Tarigan (1990) menemukan fakta bahwa laki-laki pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, rasional, keras kepala/ pantang mundur, bersifat mengganggu, mandiri, dan menguasia emosi. Sedangkan wanita lebih bersifatr subjektif, pasif, simoatik, difusif, sensitif, mudah terpengaruh, cenderung memihak, mudah mengalah, represif, bergantung, dan emosional. Sehubungan dengan itu, pembimbing harus bersikap bijaksana dalma menghadapi perbedaan tersebut dalam kegiatan pengajaran menyimak.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan kelas yang kondusif, misalnya sarana yang mendukung terciptanya suasana kelas yang kondusif dalam proses menyimak, antara lain berupa ruang kedap suara, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam proses menyimak, arahan pembimbing yang jelas dan tegas, dan suara pembacaan wacana baik yang dibacakan oleh seseorang atau rekaman tape recorder yang jelas, suasana yang mendorong siswa dapat mengekspresikan ide secara bebas berhubungan dengan topik yang disimak sangat membantu terhadap keberhasilan pengajaran menyimak.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK DALAM KEGIATAN MENYIMAK SOSIAL
1. Topik dan Tujuan Pembicaraan
Dalam bercakap-cakap, mengobrol, dan sebagainya pada umumnya topik dan tujuan pembicaraan jarang dan bahkan tidak pernah ditemukan. Karena itu, pengetahuan dan pengalaman yang luas serta ketajaman berfikir dalam menangkap isi pembicaraan dari si penyimak sangat menentukan keberhasilan dalam menyimak sosial. Selain itu, pembicaraan yang disampaikan harus baru atau hangat, karena ini akan menarik dan dinikmati oleh penyimaknya. Sedangkan pembicaraan yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi penyimaknya. Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan penyimaknya. Taraf kesukaran pembicaraanpun harus seimbang dengan taraf kemampuan penyimak. Untuk itu, dalam faktor pembicaraan perlu juga pembicara menyampaikan wacana dengan sistematis agara mudah dipahami.
2. Faktor Si Pembicara
Gaya penyampaian permasalahan dari setiap orang dalam berbicara berbeda satu dengan lainnya. Misalnya masing-masing pembicara memiliki pilihan kata, penyusunan kalimat, alur pembicaraan, tanpa berbicara dan sebagainya, sangat berbeda satu dengan yang lain. Hal ini juga akan mempengaruhi pada hasil simakan. Selain itu, terdapat pula enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara:
Penguasaan materi
Pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati apa yang disampaikan pada penyimak.
Berbahasa baik dan benar
Pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan istilah yang tepat. Selain itu isi pembicaraan harus sesuai dengan tahap penyimaknya.
Percaya diri
Pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta meyakinkan penyimak.
Berbicara sistematis
Pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang disampaikan mudah dipahami.
Gaya menarik
Pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke tingkah laku yang dianggap aneh.
Kontak dengan penyimak
Dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak.
3. Faktor Si Penyimak
Bagi si penyimak sendiri memiliki berbagai perbedaan baik dari sisi pengetahuan, pengalaman, ketajaman berpikir, kondisi mental maupun kesempurnaan organ telinganya. Tentulah hal ini sangat mempengaruhi hasil simakan seseorang. Sebelum menyimak, penyimak diwajibkan untuk memusatkan perhatian terhadap bahan simakan. Hindari hal-hal yang menganggu konsentrasi penyimak. Hal ini bertujuan agar penyimak dapat merumuskan secara tegas arah keinginan dalam menyimak.
4. Faktor Situasi dan Kondisi
Dalam menyimak, ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang memenuhi persyaratan. Misalnya penerangan, tempat duduk, tempat pembicara, luas ruangan, dan alat-alatnya. Waktupun sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi si penyimak. Pilihlah waktu yang tepat, misalnya: pada pagi hari saat menyimak masih segar dan rilek. Selain faktor eksternal yang telah disebutkan, faktor internalnya berasal dari kondisi si penyimak. Kondisi tubuh si penyimak haruslah prima agar dapat memaksimalkan hasil simakan.
C. PRASYARAT MENYIMAK YANG EFISIEN
1. Keberhasilan menyimak bergantung pada sikap penyimak
Menyimak yang efisien menuntut sikap obyektif, yaitu sikap yang tidak berpihak dan sikap kooperatif. Andaikata penyimak itu mempunyai sikap prasangka, pasti ia akan mendengarkan fakta-fakta atau pendapat-pendapat yang cocok dengan keyakinannya sendiri. Orang-orang yang bersikap dogmatis biasanya menyebabkan penyimak-penyimak menjadi “miskin”, mereka biasanya menolak mendengarkan pandangan-pandangan yang berlawanan disebabkan oleh prasangka mereka.
2. Keberhasilan menyimak bergantung pada perhatian
Kita akan bersedia menyimak sesuatu bila ada ide-ide yang menarik perhatian kita. Ada bermacam-macam perhatian, yaitu: perhatian primer, perhatian sekunder, dan perhatian sesaat. Kita akan menunjukkan perhatian primer bila ada pertalian langsung antara apa yang kita simak dari pembicara dengan kepentingan kehidupan kita sehari-hari. Contoh, kita akan menunjukkan adanya perhatian yang cukup aktif terhadap sesutau perkembangan pendidikan di sebuah universitas apabila pembicara mengetengahkan adanya usaha menaikkan uang SPP. Selain itu, orang juga akan menunjukkan perhatian pada perhatian sekunder. Seperti contoh, anggota-anggota suatu masyarakat berpendapat program kerja kemasyarakatan tentu cepat menarik perhatian, tetapi bila timbul veto adanya penarikan sumbangan yang dapat menghentikan adanya usaha penarikan itu, maka kita akan begitu tertarik dan gembira menghadapi masalah tersebut.
Persoalan lain yang dapat juga menarik perhatian adalah jenis perhatian sesaat (perhatian temporer). Misalnya kita akan mneunjukkan perhatian kita yang lebih besar pada masalah-masalah pemilihan umum pada tahun-tahun pemilihan umum itu berlangsung. Orang akan menunjukkan adanya perhatian sesaat yang lebih besar pada masalah-masalah yang bersifat temporer, bila pembicara mengacu pada jenis perhatian tersebut.
3. Keberhasilan menyimak bergantung pada motivasi
Ada berbagai motivasi dalam kehidupan manusia, yaitu:
a. Motivasi kelangsungan hidup pribadi
Penjagaan kelangsungan hidup pribadi boleh dikatakan merupakan motivasi pendorong yang paling dasar. Manusia berusaha memperbesar hasratnya untuk mempertahankan diri dengan menambah makanan dan perlindungan demi kesehatan dan kesenangannya, demi gagasan dan kepentingan jasmaninya. Contohnya, orang-orang mengunci rumah untuk melindungi hak miliknya.
Andaikata pembicara sanggup menghubungkan hal-hal di atas dengan hasrat dasar untuk mempertahankan hidup pribadi seperti di atas, orang tentu akan berusaha menyimak dengan yang sangat besar.
b. Motivasi hak milik
Hasrat pemilikan pada benda-benda material memainkan peranan yang penting dalam kehidupan kebanyakan manusia. Pada umumnya kita mempuyai hasrat untuk memiliki tanah, benda-benda berharga, uang atau barang-barang milik yang lain, yang dapat menjadi milik pribadi.
Jika seorang pembicara dapat menunjukkan kepada para penyimaknya bagaimana orang dapat menambah keuntungan, bagaimana orang dapat mengerjakan tugas-tugasnya lebih efisien, bagaiman menyimpan uang, atau bagaimana kita dapat menambah milik pribadi, tentu pembicara tadi akan dapat membuat para pendengarnya mau menyimak dengan seluruh kemampuan yang ada.
c. Motivasi kekuasaan
Orang-orang yang penuh ambisi selalu berusaha memperbaiki dirinya, mereka berusaha mencari posisi yang bertanggung jawab, sehingga mereka dapat memiliki kekuasaan dan wibawa di antara kawan yang lain.
Pembicara yang mampu menunjukkan kepada para pendengarnya bagaimana kita dapat menambah pengaruh dan wibawa kita, tentu akan menambah hasrat seseorang untuk menyimak gagasan-gagasannya dengan tekun.
d. Motivasi keharuman nama
Hasrat akan kemashuran dan pengaguman merupakan motif yang umum juga secara universal. Banyak orang yang berusaha untuk memperoleh restu masyarakat supaya dihormati oleh kelompok mereka. Seperti contoh, seorang pelajar berusaha memeroleh medali, hadiah, dan penghargaan yang lain sebab pelajar tersebut mengharapkan adanya pengaguman dari sesama kawan pelajar.
Pembicara yang dapat menunjukkan ide-ide dalam pembicaraannya hendaknya dapat menunjukkan pula bagaimana cara mempertinggi reputasi. Pembicara yang demikian akan selalu disimak ide-idenya.
e. Motivasi kasih sayang
Standar etika dalam permainan, honorarium perseorangan, dan rasa hormat kepada orang lain timbul atas dasar motivasi yang kuat oleh adanya perasaan cinta dan kasih sayang. Sikap religius tumbuh oleh adanya rasa cinta kepada Yang Mahakuasa.
Pembicara yang sanggup menyerukan hal-hal yang demikian akan menyebabkan para pendengar mau menyimak dengan tekunnya.
f. Motivasi perasaan atau emosi
Emosi dapat menentukan tumbuhnya kesadaran loyalitas serta patriotisme pada diri seseorang. Kesadaran perasaan loyalitas kita menyebabkan kita mau memelihara persahabatan dengan orang-orang yang telah mempunyai adat kebiasaan yang sama.
Pembicara yang mampu menyerukan timbulnya perasaan demikian akan menumbuhkan perangsang hadirin untuk bersedia menyimak gagasan-gagasannya
g. Motivasi cita rasa
Cinta kepada keindahan, petualangan, dan pengalaman baru menimbulkan motivasi pada manusia sensitif. Tidak semua aktivitas kita dimotivasi atas dasar pertimbangan-pertimbangan praktis, ada juga beberapa hal yang timbul karena adanya apresiasi cita rasa keindahan. Kita bersedia mengapresiasi karya-karya lukisan, musik, puisi, drama, atau patung karena fakta-fakta tersebut dapat menimbulkan kepada kita kesadaran akan manfaatnya keindahan.
4. Keberhasilan menyimak bergantung pada keadaan emosi
Kemauan dan keberhasilan kita untuk menyimak banyak juga bergantung pada kesadaran emosi kita. Ketidakberhasilan menyimak yang tidak kita inginkan mungkin merupakan hasil dari gangguan emosi. Mislanya keseganan menghadiri pembicaraan, kurang tertarik pada masalah pembicraan, atau sikap pada waktu menyimak yang dapat menimbulkan problem-problem yang menekan perasaan. Dengan kemudian dapat kita sederhanakan menjadi: kita akan menyimak apa-apa yang kita butuhkan. Kita bersedia menyimak apa-apa yang menyenangkan. Sebaliknya kita akan menolak untuk menyimak kebalikan dari gagasan-gagasan atau keyakinan yang telah kita yakini dengan kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar