Cari Blog Ini

Rabu, 06 Maret 2013

analisis diksi, tema, amanat, pencitraan dan gaya bahasa pada puisi

analisis diksi, tema, amanat, pencitraan dan gaya bahasa pada puisi

Berpalinglah Kiranya
(W.S.Rendra)

Berpalinglah kiranya
Mengapa tiada kunjung juga?:
Muka dengan parit-parit kelam
Mata dan nyala neraka.

Larut malam hari mukanya
Larut malam hari hatiku jadinya.
Mengembang-kembang rasa salah jiwa.

Dosa. Dosa lalu lalang merah hitam
Memejam-rejam mata-mata ini dunia.

Berpalinglah kiranya
Mengapa tiada kunjung juga?:
Kaca-kaca gaib menghitam air kopi hitam.
Seolah-olah dosa itu aku yang punya.

Padaku memang ada apa-apa. Cuma
Tidak semua baginya, tidak juga kan menolongnya.
Pergi kiranya, pergi!  Mampus atau musna:
Jahatlah itu meminta dan terus meminta.

Terasa seolah aku jadi punya dosa.
Bukan sanak, bukan saudara. Lepaslah kiranya ini siksa.
Aku selalu mau beri tak usah diminta.
Tapi ia minta dan minta saja dan itu siksa.

Berpalinglah kiranya
Mengapa tiada kunjung juga?

a. tema: tema puisi yang berjudul berpalinglah kiranya yaitu seorang pengemis yang keterlaluan
b.     Diksi :
1. Muka dengan parit-parit kelam pada pemilihan kata muka dengan parit-parit yang kelam menandakan penuh penderitaan.
2. larut malam hari mukanya. Pemilihan kata tersebut menandai bahwa sang pengemis memiliki raut muka yang gelap
3.  Larut malam hari hatiku jadinya. Arti dari kalimat tersebut bahwa hati sang penulis ikut gelap lalu merasa bersalah.
4. mengembang-kembang. Pemilihan kata mengembang-kembang berati semakin menjadi-jadi rasa bersalah sang penulis
5. dosa lalu-lalang merah hitam. Pemilihan kata ini berarti sebuah dosa yang sangat besar.
c.       Citraan
1. Citraan gerak: mengembang-kembang
d.      Amanat: puisi ini memberi amanat bahwa sebagai manusia hendaknya memiliki rasa dermawan, suka berbagi, dan bersedekah. Masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
e.      Majas:












Rasa Dosa
 (Subagio Sastrowardojo)


Muka putih di jendela
Mengikuti aku dari subuh

Semua kekal

Nyawa
Jejak membekas di lumpur hati

Kata
Suara bergema di ruang abadi


Tangan
Jari gementar menyaput sajak

Mata kenangan akhir membakar diri

Muka putih di jendela
Mengikuti aku dari subuh

Tanganku lumpuh

1.      Tema  
Tema pada puisi yang berjudul  RASA DOSA  karangan Subagio Sastrowardojo adalah  peringatan dosa
2.      Diksi   
 a. muka putih. Muka putih pada puisi ini berarti orang suci yangmemberi   p  eringatan.
b. lumpur hati. Pemilihan kata lumpur hati menandakan hati yang penuh dosa
       3.    citraan
            Pada puisi ini memakai citraan :
a.      Citraan pendengaran: Suara bergema di ruang abadi




4.      Majas
Majas yang dipakai pada puisi ini adalah:
a.      Majas personifikasi: kenangan akhir membakar diri
5.      Amanat
Amanat pada puisi ini adalah apabil ada orang yang mengingatkan atau menasehati hendaknya kita mengindahkan nasehat itu supaya kita tidak melakukan kesalahan lagi.




Berlutut Di Kaki Cahaya

Oleh : Azzura Dayana

Cahaya pulang senja, Baginda, dan kau tidak menggenggam tanganku
Bukankah temaram adalah kado paling panjang, yang Tuan tinggalkan?
Tidak bolehkah kutawar persembahan?

Kakiku sudah renta, Baginda,
meski kau pernah mengajakku berhitung nyawa
Mataku masih saja gulita, dan orang-orang tak jua melirikku
lalu melempar dirham: sampah di wajah ini masih kurang

Bahkan unta kita berhenti meringkik, Baginda—sebab malam meradang
Menjadi peluh paling semarak di punggung menghitam
Tidak bolehkah kutawar persembahan,
dengan berlutut saja, lalu sujud...

Benar-benar sudah kau tutupkah jalan pulang, Baginda
Meski aku sedia berlutut, di kaki cahaya

1.      Tema
Tema pada puisi yang berjudul Berlutut Di Kaki Cahaya karangan Azzura Dayani ini adalah tobat yang terlambat.
2.      Diksi
Diksi yang dipakai pada puisi ini yaitu:
a.      Berhitung nyawa: berhitung nyawa maksudnya yaitu menghitung usia
b.      Mataku masih saja gulita: gulita pada kalimat ini maksudnya belum juga mengerti (insyaf)
c.       Sampah : sampah di sini diartikan sebagai kesalahan atau dosa.
3.      Citraan
Citraan yang terdapat pada puisi di atas yaitu:
Ø  Penglihatan : mataku masih saja gulita
: orang-orang tak jua melirikku
Ø  Pendengaran: bahkan unta kuta berhenti meringkik
4.      Majas
Majas yang dipakai pada puisi di atas yaitu:
Ø  Pleonasme : cahaya pulang senja
5.      Amanat
Amanat yang terkandung pada  puisi karangan Azzura Dayana yaitu bertobatlah sebelum pintu tobat tertutup.

Tidak ada komentar: