Cari Blog Ini

Selasa, 26 Maret 2013

Lirik Lagu Bunga Citra Lestari (BCL) - Cinta Sejati
 Manakala hati
 menggeliat mengusik renungan
 Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta Suara
 sang malam dan siang seakan berlagu Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku Saat aku tak lagi di sisimu Ku tunggu kau di keabadian Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita Saat aku tak lagi di sisimu Ku tunggu kau di keabadian Cinta kita melukiskan sejarah Menggelarkan cerita penuh suka cita Sehingga siapa pun insan Tuhan Pasti tahu cinta kita sejati Saat aku tak lagi di sisimu Ku tunggu kau di keabadian Cinta kita melukiskan sejarah Menggelarkan cerita penuh suka cita Sehingga siapa pun insan Tuhan Pasti tahu cinta kita sejati Lembah yang berwarna Membentuk melekuk memeluk kita Dua jiwa yang melebur jadi satu Dalam kesunyian cinta Cinta kita melukiskan sejarah Menggelarkan cerita penuh suka cita Sehingga siapa pun insan Tuhan Pasti tahu cinta kita sejati


Jumat, 22 Maret 2013

puisi "sahabat"

teriakkan keras
teriakkan kami
menjadi lebih bebas
dengan bahasamu
di antara kerimbunan dedaunan
yang terikat menopang senjamu
menyelimutimu
dari kumpulan titiktitik garam
ditemani kefaruman pagi
sahabat

puisi "kumpulan korek kayu"

kumulai membakar aku
dan membakar dengan nyalamu
kubakar syiar-syiarmu
kubakar dengan kata-katamu
memanaskan dan meleburkesempurnaan semangat di genggamanmu
membakar langit dan menjatuhkan kami diaturanmu
bersama datangnya senyuman pagi di titahmu

puisi "setangkai mawar merah untukmu"

tancapkanlah
tancapkan aku dirimu
hingga kuterluka
dan jangan kau cabut
kutumpahkan darahku di tangkaimu
melumuri daunmu dengan doaku
menjadi serumpun mawar
di sakumu

puisi "dengan genggamanmu"

berhembus dan berhembuslah
tumpahan sejenis darah
mencampur cita rasamu
dan membuat keterpakuan
jembatan ke sana
terbentang dengan keberadaanmu
menyulurkan tangan
menciptakan sepasang sayap untuk ke langit

puisi "mimpi"



Karena hari gelap saat itu,
Silakan lakukan.
Saya telah mencapai batas saya.
Aku muak sekarang.
Apakah itu berarti ...?
Apakah itu ...
Hei, tidak bisakah lau berhenti?
aku minta maaf aku menangis seperti ini.
Sudah berakhir sekarang
Aku tidak ingin melakukannya!
Tapi hari ini aku ada masalah mendesak ...
Seorang gadis terlihat seperti tunggakan
Bagaimana denganmu?
apa kamu sudah menyampaikan perasaanmu padanya
tetapi dia mengatakan dia akan
selama hitung mundur
Benar?
Aku akan pulang.
Eh?
aku mengerti.
Lihat ini.
Mengapa harus saya?
Dan yang ini?
Cobalah dan memahaminya.
Biarkan
Apa?
Lalu
aku pergi.
jika  kamu benar-benar ingin melihat seseorang ...
kamu bisa meninggalkan segala sesuatu yang lain.
Bodoh
Terima kasih ...
bukan
tentang mu ...
menyukaimu
Ini seperti mimpi.

by (kimi ni todoke)



Senin, 18 Maret 2013

puisi "pesan untuk pak presiden"

menanam bunga
disamping lubang kuburanku sendiri
yang kau buatkan untukku
mengaburkan mataku
tikus-tikus berjudi dengan hukummu
dan kami
mengais serbuk-serbuk air mata
dan luka
budak-budakmu


Puisi "dia"

gadis gelap
nafasku terhenti sejenak
menatap matahari
memainkan melodi kehidupan
bergemuruh sejarah
menghapus tulisan dipapan
menutup mata
di bayangmu
menutupi cahaya dan menutup luka
jejak-jejak dilangit

Sabtu, 16 Maret 2013

puisi "lilin-lilin malam"

kalau kau sampai
membuat gelap
membutakan dan menghapus
ditengah-tengah puncak
jatuh karena
setitik tangisan dan harapan
sebelum hari itu tiba
dan hari itu melewatinya
sisi gelap memberi keindahan palsu
cahaya bunda

PUISI "MATI"

maafkan aku
mandikan aku
adzankan dan shalatkan diriku
seloah itu adalah
dirimu

puisi "bUGIL"

telanjang
aku telanjang
dikerumunan banyak orang
melihat menyaksikan dan menertawakanku
panas
diriku
sudah di ujung tanduk
berdoa menggapai setitik
cahayaMU

puisi "tinta ajaib"

tulis kisah hidupku
rangkum kisah hidupku
hapus dan tulis lagi kisah hidupku
dan cerikanlah kisah hidupku
diatas sebuah pena dan kertas
rahmatmu

puisi "pergeseran"

menangislah sekeras-kerasnya
tertawalah sebahak-bhaknya
sebelum bunga jatuh
dan berguguran
menghiasi malammu
yang terselimuti
hawa nafsumu
dan rasa sayangmu

Sabtu, 09 Maret 2013

puisi "Akhir Perjalanan Gelap"

dunia tertawa
pesan darinya
membuat lautan menangis
menjadi lebih bengis
dan membuatku butuh
menangis
dan
menabur bunga diatas
kuburanku sendiri

Rabu, 06 Maret 2013

puisi "tanpa makna"

 tidak jelas

jalan 
kaki
buta
hati
apa itu

Puisi 2

Tobat

Air mata membasahi kubur
jalan sudah tak ada lagi
bulan dan matahari terdiam
alam tertawa
karenamu

by:  Fach Rizal

Tema, amanat, dan kritik terhadap puisi

Tema, amanat, dan kritik terhadap puisi

1. Tema merupakan masalah pokok yang hendak ditampilkan penyair; gagasan pokok yang dikembangkan oleh penyair. Tema merupakan isi dan inti persoalan. Tema terbagi atas tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme,  kerakyatan dan lain-lain. Tema ketuhanan merupakan tema yang biasanya menggambarkan pengalaman-pengalaman religius, pengalaman iman maupun pengalaman batin manusia. Tema kemanusiaan adalah tema yang menyangkut martabat dan harkat manusia. Tema patriotisme adalah tema cinta tanah air.
2. Amanat puisi adalah pesan moral seorang penyair yang diharapkan menjadi sesuatu yang bermakna bagi para pembaca, menjadi hikmah, renungan, atau nasihat. Amanat puisi mungkin tersirat di balik kata-kata yang tersusun dan dapat juga berada di dalam pikiran penyair. Amanat puisi biasanya mempunyai benang merah serta misi dan visi yang relevan dengan tema.
3. Secara rinci, aktivitas kritik sastra mencakup tiga hal, yakni menganalisis, menafsirkan, dan menilai. Analisis adalah kegiatan menguraikan unsur-unsur yang membangun karya sastra dan menarik hubungan antar unsur-unsur tersebut. Menafsirkan (interpretasi) dapat diartikan sebagai kegiatan yang memperjelas atau memperjernih maksud karya sastra dengan cara: (a) memusatkan interpretasi pada ambiguitas, kias, atau kegelapan dalam karya sastra, (b) memperjelas makna karya sastra dengan menjelaskan unsur-unsur dan jenis karya sastra. Sedangkan penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan  menunjukkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dengan bertitik tolak dari analisis dan penafsiran yang telah dilakukan.
Daftar Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
_____________________________.2008. Modul Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

analisis diksi, tema, amanat, pencitraan dan gaya bahasa pada puisi

analisis diksi, tema, amanat, pencitraan dan gaya bahasa pada puisi

Berpalinglah Kiranya
(W.S.Rendra)

Berpalinglah kiranya
Mengapa tiada kunjung juga?:
Muka dengan parit-parit kelam
Mata dan nyala neraka.

Larut malam hari mukanya
Larut malam hari hatiku jadinya.
Mengembang-kembang rasa salah jiwa.

Dosa. Dosa lalu lalang merah hitam
Memejam-rejam mata-mata ini dunia.

Berpalinglah kiranya
Mengapa tiada kunjung juga?:
Kaca-kaca gaib menghitam air kopi hitam.
Seolah-olah dosa itu aku yang punya.

Padaku memang ada apa-apa. Cuma
Tidak semua baginya, tidak juga kan menolongnya.
Pergi kiranya, pergi!  Mampus atau musna:
Jahatlah itu meminta dan terus meminta.

Terasa seolah aku jadi punya dosa.
Bukan sanak, bukan saudara. Lepaslah kiranya ini siksa.
Aku selalu mau beri tak usah diminta.
Tapi ia minta dan minta saja dan itu siksa.

Berpalinglah kiranya
Mengapa tiada kunjung juga?

a. tema: tema puisi yang berjudul berpalinglah kiranya yaitu seorang pengemis yang keterlaluan
b.     Diksi :
1. Muka dengan parit-parit kelam pada pemilihan kata muka dengan parit-parit yang kelam menandakan penuh penderitaan.
2. larut malam hari mukanya. Pemilihan kata tersebut menandai bahwa sang pengemis memiliki raut muka yang gelap
3.  Larut malam hari hatiku jadinya. Arti dari kalimat tersebut bahwa hati sang penulis ikut gelap lalu merasa bersalah.
4. mengembang-kembang. Pemilihan kata mengembang-kembang berati semakin menjadi-jadi rasa bersalah sang penulis
5. dosa lalu-lalang merah hitam. Pemilihan kata ini berarti sebuah dosa yang sangat besar.
c.       Citraan
1. Citraan gerak: mengembang-kembang
d.      Amanat: puisi ini memberi amanat bahwa sebagai manusia hendaknya memiliki rasa dermawan, suka berbagi, dan bersedekah. Masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
e.      Majas:












Rasa Dosa
 (Subagio Sastrowardojo)


Muka putih di jendela
Mengikuti aku dari subuh

Semua kekal

Nyawa
Jejak membekas di lumpur hati

Kata
Suara bergema di ruang abadi


Tangan
Jari gementar menyaput sajak

Mata kenangan akhir membakar diri

Muka putih di jendela
Mengikuti aku dari subuh

Tanganku lumpuh

1.      Tema  
Tema pada puisi yang berjudul  RASA DOSA  karangan Subagio Sastrowardojo adalah  peringatan dosa
2.      Diksi   
 a. muka putih. Muka putih pada puisi ini berarti orang suci yangmemberi   p  eringatan.
b. lumpur hati. Pemilihan kata lumpur hati menandakan hati yang penuh dosa
       3.    citraan
            Pada puisi ini memakai citraan :
a.      Citraan pendengaran: Suara bergema di ruang abadi




4.      Majas
Majas yang dipakai pada puisi ini adalah:
a.      Majas personifikasi: kenangan akhir membakar diri
5.      Amanat
Amanat pada puisi ini adalah apabil ada orang yang mengingatkan atau menasehati hendaknya kita mengindahkan nasehat itu supaya kita tidak melakukan kesalahan lagi.




Berlutut Di Kaki Cahaya

Oleh : Azzura Dayana

Cahaya pulang senja, Baginda, dan kau tidak menggenggam tanganku
Bukankah temaram adalah kado paling panjang, yang Tuan tinggalkan?
Tidak bolehkah kutawar persembahan?

Kakiku sudah renta, Baginda,
meski kau pernah mengajakku berhitung nyawa
Mataku masih saja gulita, dan orang-orang tak jua melirikku
lalu melempar dirham: sampah di wajah ini masih kurang

Bahkan unta kita berhenti meringkik, Baginda—sebab malam meradang
Menjadi peluh paling semarak di punggung menghitam
Tidak bolehkah kutawar persembahan,
dengan berlutut saja, lalu sujud...

Benar-benar sudah kau tutupkah jalan pulang, Baginda
Meski aku sedia berlutut, di kaki cahaya

1.      Tema
Tema pada puisi yang berjudul Berlutut Di Kaki Cahaya karangan Azzura Dayani ini adalah tobat yang terlambat.
2.      Diksi
Diksi yang dipakai pada puisi ini yaitu:
a.      Berhitung nyawa: berhitung nyawa maksudnya yaitu menghitung usia
b.      Mataku masih saja gulita: gulita pada kalimat ini maksudnya belum juga mengerti (insyaf)
c.       Sampah : sampah di sini diartikan sebagai kesalahan atau dosa.
3.      Citraan
Citraan yang terdapat pada puisi di atas yaitu:
Ø  Penglihatan : mataku masih saja gulita
: orang-orang tak jua melirikku
Ø  Pendengaran: bahkan unta kuta berhenti meringkik
4.      Majas
Majas yang dipakai pada puisi di atas yaitu:
Ø  Pleonasme : cahaya pulang senja
5.      Amanat
Amanat yang terkandung pada  puisi karangan Azzura Dayana yaitu bertobatlah sebelum pintu tobat tertutup.

Senin, 04 Maret 2013

puisi "Alur Hidup"

Mata memandang jauh
telinga kupasang erat-erat
kata demi kata kau tumpahkan
kau bagi hingga
tak ada lagi sisa
tangan-tangan kotor itu
pemerkosa hidup
bunga-bunga sebarkan semerbakmu


karya : Fach Rizal

Sabtu, 02 Maret 2013

lirik Lagu Tegar - Aku Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang :



Aku yang dulu bukanlah yang sekarang
Dulu ditendang sekarang ku disayang
Dulu dulu dulu ku menderita,
Sekarang aku bahagia

Cita-citaku menjadi orang kaya
Dulu ku susah sekarang Alhamdulillah
Bersyukurlah pada yang Maha Kuasa
Memberi jalan untukmu semua..

Hidupku dulunya seorang pengamen
Pulang malam, selalu bawa uang recehan
Mengejar cita-cita paling mulia
Membantu keluarga dirumah

Sekolah dulu ku gak punya biaya
Terpaksa ku harus mencari nafkah
Tetapi, aku tak berputus asa
Pasti yang kuasa member jalannya

Hidupku dulunya seorang pengamen
Pulang malam, selalu bawa uang recehan
Mengejar cita-cita paling mulia
Bersyukur masuk dapur rekaman..

Hidupku dulunya seorang pengamen
Pulang malam, selalu bawa uang recehan
Mengejar cita-cita paling mulia
Bersyukur masuk dapur rekaman..

Sekolah dulu ku gak punya biaya
Terpaksa ku harus mencari nafkah
Paling bisa bantu dengan penuh cinta
Cinta yang penuh warna..

Aku yang dulu bukanlah yang sekarang
Dulu ditendang sekarang ku disayang
Dulu dulu dulu ku menderita,
Sekarang aku bahagia

Cita-citaku menjadi orang kaya
Dulu ku susah sekarang Alhamdulillah
Bersyukurlah pada yang Maha Kuasa
Memberi.. hoooo… memberi .. jalan untukmu semua..

Karya Sastra sebagai Suatu Teks

BAB III
Karya Sastra sebagai
Suatu Teks



M
empelajari dengan seksama hasil karya sastra secara ilmiah disebut ilmu sastra. Objek ilmu sastra adalah sekelompok teks tertentu. Dapat dikatakan bahwa seharusnya ilmu sastra merupakan cabang ilmu teks pada umumnya. Akan tetapi , ilmu ini baru dikembangkan sedangkan ilmu sastra mengandalkan tradisi yang lama sehingga lebih maju dalam penelitiannya. Dalam bidang penelitian ilmu sastra baru-baru ini timbul permasalahan yang berkaitan dengan sifat-sifat teks pada umumnya , jadi tidak hanya khusus dengan sifat-sifat teks sastra. Bab ini akan membahas:

1.    ciri-ciri teks
2.    tinjauan teks  dalam rangka fungsinya; teks ditinjau sebagai pesan-pesan di dalam situasi komunikasi
3.    fungsi teks
4.    sarana-sarana yang dapat dipergunakan pengarang teks untuk mencapai tujuan

1.    Ciri-ciri Teks

Apakah yang disebut teks? Teks ialah ungkapan bahasa yang menurut pragmatik, sintatik, dan semantik/isi merupakan suatu kesatuan. Dalam praktik ilmu sastra, kita membatasi diri pada teks tertulis dengan alasan agar praktis. Secara teoritis, ungkapan bahasa lisan pun, asal merupakan suatu kesatuan, termasuk teks. Kesatuan dibatasi menurut tiga aspek berikut.
Pragmatik ialah bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks sosial tertentu. Adapun yang dimaksud atau disebut pragmatik yaitu pengetahuan mengenai perbuatan yang kita lakukan bilamana bahasa digunakan dalam suatu konteks. Istilah ini tidak  sinonim dengan praktis seperti yang dimaksudkan dalam penggunaaan bahasa sehari-hari. Secara sintatik sebuah teks harus memperlihatkan keburuntutan dan harus relevan. Hal ini antara lain tampak bila unsur-unsur penunjuk secara konsisten di pergunakan. Perhatikanlah contoh berikut:

Adik  memdapat hadiah pada hari ulang tahunnya. La merasa bahagia dan bergembira.

Kata ia pada kalimat kedua mengacu pada adik pada kalimat pertama. Kalau tidak, maka tidak ada kebertautan dan kita menghadapi dua kalimat yang lepas satu sama lain dan bukan satu (fragmen) teks. Kebertautan ini memang wajar sehingga acapkali tidak kita sadari dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Apalagi bila pemancar (pembicara) dan penerima (pendengar) berada dalam situasi yang sama dengan keuntungan (kelebihan) penggunaan bahasa secara lisan. Secara tidak sadar kita menggunakan kriterium ini bila kita memahami ungkapan-ungkapan bahasa. Andaikata ini tidak terjadi, maka penggunaan bahasa jadi lebih menyusahakan. Segala pertalian harus dieksplisitkan.
Kesatuan semantik  (isi) yang dituntut sebuah teks adalah tema global yang melingkupi semua unsure. Tema menunjukan gagasan dasar dan tujuan utama penulisan sebuah teks. Dengan kata lain, tema atau perbuatan berfungsi sebagai ikhtisar teks atau perumusan simboliknya.
Isi dalam teks sangat berkaitan dengan semantik. Semantik merupakan salah satu kajian dalam bahasa yang berkaitan dengan makna. Isi dalam teks tidak ubahnya adalah makna-makna yang disampaikan pengarang. Pengungkapan makna ini dapat dilakukan secara terang-terangan, lugas, jelas maupun dengan tersembunyi melalui simbol-simbol. Berkaitan dengan makna dalam teks, Luxemburg, et.al. (1992:88) menyatakan bahwa kesatuan semantik yang dituntut sebuah teks ialah tema global yang melingkupi semua unsur. Dengan kata lain, tema atau perbuatan berfungsi sebagai ikhtisar teks atau perumusan simboliknya. Meskipun demikian, menunjukkan tema saja belumlah memadai.  Masih diperlukan penafsiran menyeluruh untuk menelaah sebuah  teks sebagai satu kesatuan. Hal ini terkait dengan keberadaan sebuah cerita maupun puisi yang merupakan satu kesatuan ide/gagasan.
Kedua adalah sintaksis. Sintaksis dalam tatabahasa diartikan sebagai tatakalimat. Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan pertautan. Pertautan itu akan tampak apabila unsur-unsur dalam tatabahasa yang berfungsi sebagai penunjuk (konjungsi) secara konsisten dipergunakan. Dalam hal ini dapat kita simak melalui penceritaan berikut.
“Cukup! Rupanya inilah hal terpenting mengapa kamu datang kemari. Rupanya kamu sedang mendambakan punya menantu seorang guru. Sebenarnya kamu harus menolak begitu mendengar pesan Pak Sambeng itu. Satu hal kamu tak boleh lupa: Jangan sekali-kali menyuruh orang bercerai. Juga jangan lupa, Darsa adalah kemenakan suamimu. Salah-salah urusan, malah kamu dan suamimu ikut kena badai. Oh, Mbok Wiryaji, aku tak ikut kamu bila kamu punya pikiran demikian. Aku hanya berada di pihakmu bila kamu terus berikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan Darsa.” (Tohari, 2005:60—61)
Pada  kutipan di atas, konjungsi yang berupa kata ganti “kamu” sangat dominan dalam cerita di atas. Keberadaan kata ganti “kamu” pada kalimat satu, dua, tiga, empat, enam, tujuh, dan delapan menunjukkan bahwa antarkalimat dalam penceritaan di atas sangat koheren. Hal ini sangat memudahkan pembaca untuk menelaah karya sastra tersebut. Bahkan untuk memudahkan pemahaman digunakan pula bentuk klitik “mu” (sebagai bentuk singkat dari kata “kamu”). Penggunaan itu terlihat pada  kata “suamimu” dalam kalimat kelima dan keenam; kata “pihakmu” pada kalimat kedelapan. Penggunaan kata ganti tersebut sangat dieksplisitkan (jelas). Tentu tidak dapat dibayangkan susahnya memahami hubungan antarkalimat apabila konjungsi yang menunjukkan koherensi antarkalimat diimplisitkan (samar-samar atau tersembunyi).
Penggunaan kata ganti sebagai konjungsi juga dapat ditemukan dalam puisi. Seperti halnya dalam cerita, keberadaan kata ganti ini juga lebih memudahkan untuk memahami puisi. Simaklah puisi Rendra (1993:13) berikut ini.
Nyanyian Suto untuk Fatima
Dua puluh tiga matahari
bangkit dari pundakmu.
Tubuhmu menguapkan bau tanah
dan menyalalah sukmaku.
Langit bagai kain tetoron yang biru
terbentang
berkilat dan berkilauan
menantang jendela kalbu yang berdukacita.
Rohku dan rohmu
bagaikan proton dan electron
bergolak
bergolak
di bawah duapuluhtiga matahari.
Dua puluh tiga matahari
membakar dukacita.
Meskipun pada setiap larik puisi di atas tidak ditemukan kata Suto dan Fatima, tetapi sangatlah mudah bagi kita untuk memahami teks puisi di atas dengan memperhatikan klitik yang terdapat pada teks di atas. Klitik “ku” merupakan kata ganti dari Suto, sedangkan klitik “mu” merupakan kata ganti dari Fatima.
Begitulah pentingnya sintaksis dalam sebuah teks. Yang terpenting adalah kekonsistenan dari konjungsi sehingga tidak merancukan kalimat-kalimat yang membangun cerita atau kosakata, parafrase, ataupun kalimat yang membangun puisi. Dua kutipan di atas, baik cerita maupun puisi menunjukkan kekonsistenan dari konjungsi — kata ganti dan klitika — yang digunakan.
Ketiga adalah pragmatik. Pragmatik berkaitan dengan situasi atau keadaan bahasa yang digunakan dalam keadaan tertentu. Dalam hal ini, Luxemburg, et.al. (1992:87) mengungkapkan bahwa pragmatik bertalian dengan bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks sosial tertentu; teks merupakan suatu kesatuan bilamana ungkapan bahasa oleh para peserta komunikasi dialami sebagai suatu kesatuan yang bulat. Lebih lanjut dikatakannya bahwa  pragmatik merupakan ilmu mengenai perbuatan yang kita lakukan bilamana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks tertentu.  Hal yang diungkapkan Luxemburg tersebut bertalian erat dengan ketuntasan dalam memahami sebuah teks. Makna kesatuan bulat mengarah pada keutuhan dari sebuah teks. Membaca teks merupakan satu tindakan atau kegiatan yang dimulai dari bagian awal hingga bagian akhir dari sebuah teks, yaitu: “selesai” atau “tamat”. Sebuah contoh, apabila kita membaca novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh yang ditulis Dewi Lestari maka kegiatan yang kita lakukan adalah membaca keseluruhan dari teks novel ini. Mulai membaca bagian Cuap-cuap Penerbit, Cuap-cuap Penulis, Bagian Daftar Isi, isi keseluruhan novel yang terdiri atas 33 keping subjudul, hingga Komentar Nonpakar yang merupakan akhir dari teks novel ini. Begitu halnya kalau kita membaca puisi, cerpen, maupun drama maka keselurahan dari teks tersebut harus kit abaca dengan saksama. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman yang tepat tentang isi atau garis besar dari penceritaan tersebut.
Begitu halnya apabila kita bertindak sebagai pengarang. Yang kita lakukan adalah mengarang dengan sistematika yang tepat. Sistematika yang menjelaskan bagian awal, bagian inti atau isi, kemudian bagian akhir sebagai pertanda bahwa teks yang kita buat telah selesai atau berakhir. Keteraturan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya harus ditunjukkan secara tepat. Begitu halnya dengan bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tersusun atas deretan kata, gabungan kata, dan atau kalimat yang mudah dimengerti oleh pembaca.


2.    Tinjauan Teks  dalam Rangka fungsinya;
Teks Ditinjau sebagai Pesan-pesan dalam Situasi
Komunikasi

          Dalam situasi komunikasi, untuk memami atau menyadarinya, ada enam factor yagn menentukan fungsi sebuah teks. Pemancar sebagai factor pertama mengirimkan pada penerima (sebagai factor kedua) sebuah pesan(factor ketiga). Mungkin dampaknya sama dengan tujuannya (yaitu supaya terhibur), namun tidak selalu demikian. Dampak pesan dan tujuan tidak sama, namun ada komunikasi yang kuat.
Faktor keempat ialah konteks, context(kenyataan), yaitu yang diacu oleh pesan. Setiap ungkapan bahasa, juga sebuah teks, mengacu pada sesuatu. Apa yang diacu oleh teks merupakan bagian gambaran mengenai dunia yang yang ada dalam angan-angan kita. Ini tidak berarti bahwa isi teks bersifat riil, sedangkan teksnya realistik. Konteks terdiri dari bayanagn kita mengenai pola kejadian dalam dalam dunia itu(dunia seperti tampak pada saat tertentu) secara sinkron, bila dilihat dalam teks dilukiskan dengan motif-motif statik.
Adapun faktor kelima ialah kode (perwujudan pesan), yaitu tanda-tanda yang merupakan  suatu system. Kode-kode primer (pertama-tama) Yang berlaku bagi teks ialah kode bahas yang dinyatakan dengan bahasa yang dipakai untuk mengutarakan teks yang bersangkutan dan kode bahasa yang terdapat dalam kamus dan tata bahasa. Selain itu, teks tersusun dalam kode lain, yaitu kode sekunder, sebab bahannya merupakan kode primer, yaitu bahasa.
Kontak adalah factor keenam. Para peserta dalam sebuah wawancara harus dapat saling mendengarkan agar terjadi komunikasi lisan. Adapun mengenai teks dalam arti terbatas, yaitu teks tertulis, maka syarat utma ialah supaya  dapat dibaca dengan cukup mudah.
Perbedaan utama komunikasi lisan dan komunikasi tertulis ialah resepsi yang diperlambat. Akhirnya, dalam proses komunikasi itu teks merupakan pesan, yaitu sejumlah tanda yang menunjuk kepada arti-arti, bagaimana berbagai factor di dalam proses komunikasi diterapkan dalam teks.      

3.    Fungsi Teks


Teks-teks yang ada dapat dibagi kedalam berbagai jenis. Dalam teori komunikasi pembagian dipilih menurut fungsi. Fungsi ialah keseluruhan sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang sama serta bagaimana dampaknya. Kadang-kadang kita hanya dapat mengandalkan pengalaman pengalaman sendiri dalam membaca. Dalam pembagian teks, kita harus membatasi diri pada fungsi-fungsi utama meskipun fungsi samping juga  tidak bias diabaikan.
Teks mengunkapkan sesuatu tentang dunia nyata atau dunia yang mungkin ada. Di dalam teks pembaca mungkin mendapati kenyataan yang sebenarnya (real) atau  mungkin kenyataan mungkin ada (fictional). Itulah fungsi utama teks, yakni mengatakan tentang sesuatu.

a.    Teks Acuan
Sebuah teks baru disebut referensial acuan kalau fungsi utama menyatakan sesuatu mengenai atau mengacu pada konteks, yaitu dunia rill atau dunia yang mungkin ada

    Teks Informatif
Teks jenis ini hanya mengaitkan berita factual tanpa ulasan meskipun tidak ada teks yanga informatif saja sebab pemulihan dalam hal fakta dan cara dikomunikasikan memengaruhi informasi. Misalnya, warta berita tidak hanya merupakan informasi murni sebab ada pengaruh situai politik dalam negara itu dan sedikit banyak mengandung ulasan, secara implisit atau eksplosit.
  
    Teks Diskursif
Teks jenis ini hanya mengaitkan fakta secara nalar. Juga tipe ini jarang kita jumpai secara murni. Contoh teks diskursif ialah uraian ilmiah.

    Teks Instruktif
Maksud isi jenis teks ini supaya pengetahuan atau keterampilan pembaca secara sistematik diperluas; fakta yang disampaikan dipilih dengan maksud tertentu. Yang termasuk jenis ini ialah buku pegangan, buku pelajaran, dan buku petunjuk.

b.    Teks Ekspresif
Teks ekspresif ialah bila fungsi utama mengungkapkan perasaan, pertimbangan, dan sebagainya dalam diri pengarang. Contohnya seperti puisi lirik tetapi tidak semua bentuk puisi dapat digolongkan dan sejumlah teks prosa bersifat ekspresif seperti surat cinta.
  
c.    Teks Persuasif
Fungsi utama teks persuasif ialah memengaruhi pendapat, perasaan, dan pembuatan pembaca. Dalam dunia iklan, pendidikan, pengajaran, dan pers, teks persuasive sering atau hampir setiap hari kita jumpai. Teks ini dibagi dua jenis, yaitu:

    Teks Evulatif
Teks ini berfungsi untuk memengaruhi pendapat dan perasaan pembaca, misalnya, resensi buku.

    Teks Direktif
Teks ini berfungsi untuk memengaruhi kelakuan pembaca. Teks-teks direktif sering bersifat evaluatif.

Teks-teks semacam ini dapat dinilai secara isi/semantic atau menurut strateginya; bila isi teks tidak menyenangkan pembaca, penilaiannya akan bersifat negatif meskipun tidak tentu  berarti bahwa teks itu secara kualitatif juga buruk.

d.    Teks Mengenai Teks
Ada teks yang fungsi utamanya mengadakan refleksi tentang teks lain. Dalam teks sering terjadi bahwa bahan utama sebuah teks ialah teks itu sendiri. Teks mengenai bahasa disebut metabahasa (meta dalam bahasa Yunani yang berarti ‘mengenai’ atau ‘perihal’). Banyak sajak yang dapat disebut metapuisi.

e.    Teks yang Berfungsi Sosial
Dalam sastra, teks yang berfungsi social jarang kita dapati. Akan tetapi, ada bagian-bagian teks, kalimat, atau dialog singkat yang mempunyai fungsi social. Banyak ungkapan yang sebetulnya mempunyai fungsi lain diucapkan untuk menjalin kontrak, misalnya pada kalimat seperti ”Apa kabar, ke mana?” sebetulnya si pembicara tidak ingin tahu kabar atau mau ke mana seseorang yang disapanya akan pergi, tetapi ingin menjalin kontak social.
 
f.    Teks-teks Sastra
Suatu teks disebut teks sastra bila sekelompok pembaca, termasuk pmbaca peneliti, menilai karya itu sebagai hasil sastra. Ada pendapat yang mengatakan bahwa unsure foregrounding, yakni menekankan teks itu sendiri sebagai ciri khas sastra dan isi atau fungsi referensial, diikut sertakan. Isinya harus pantas dibaca, menarik, bersifat baik secara moral; atau khas, bersifat sastra konvensional.


4.    Sarana-sarana yang Dapat Digunakan Pengarang
Teks untuk Mencapai tujuan:  Beberapa Garis
Retorika

Tujuan pengarang dan dampak terhadap pembaca bertemu menjadi satu dalam fungsi sebuah teks. Bagi ilmu sastra, retorika lebih berfaedah dari pada ilmu argumentasi. Menurut asal-usulnya, retorika adalah ilmu untuk menyusun suatu uraian yang tepat dan mencapai sasaran, tetapi sekarang tidak demikian karena sudah merosot..
Sejak dahulu cabang retorika mengenal dua cabang:

1.    Cabang instruktif, yaitu bagaimana menyusun teks yang baik
2.    Cabang informatif, yaitu yang melukiskan bagaimana teks ini disusun, secara khusus cabang ini relevan bagi ilmu sastra.

Retorika adalah ars bene dicendi, yaitu kepandaian mengatakan sesuatu secara baik yang pada awalnya terutama mengacu kepda pengertian kepandaian orator(ahli pidato), tetapi yang juga meliputi pemakaian dalam sastra.
Menurut terotika klasik, teks-teks nonsastra terdiri dari bagian tetap yang tidak berubah. Bagian-bagian itu mempunyai isi dan fungsinya sendiri, yaitu:

1.    Exordium atau awal, yakni melukiskan situasi, alasan, atau tujuan yang bersangkutan. Dalam exordium ini diterangkan tema teks. Dalam teks persuasive, misalnya ada janji-janji. Fungsi exordium ialah meminta perhatian bagi permasalahan. Pembaca dibujuk untuk membaca karangan yang bersangkutan sampai selesai. Misalnya, bila seseorang membaca novel, tetapi sudah dua tiga halaman ia merasa jenuh, maka dari segi ini novel itu gagal. Ada beberapa cara untuk memperoleh perhatian pendengar atau pembaca. Tema karangan dapat disajikan secara menyenangkan-delectare. Atau pengarang menjelaskan bahwa dengan membaca karangannya, pembaca akan  makin pandai dan pengetahuannya diperkaya-docere. Selain itu, pembicara atau pengarang dapat menggerakan hati pendengar atau pembaca-movere
2.    Narrativo ialah pemaparan fakta. Dalam teks informatif, informasi lengkap mengenai fakta , cerita, atau lukisan sebetulnya disebut confirmatio dan dalam teks diskursif argumentasi lengkap atau pokok disebut argumentatio. Narratio atau pemaparan fakta disusun berdasarkan fakta yang tersedia, persyaratannya atau dalil yang harus dibuktikan sesuai tema. Confirmatio atau argumentation ialah uraian pokok yang mengandung episode-episode atau argument.
3.    Peroratio sesudah narrativo/confirmatiol/argumentation, maka penutuonya adalah peroratio. Peroratio ialah pengajuan  simpulan mengenai dalil yang diuraikan, jawaban pertayaan yang meringkasargumentasi dan melaporkan akhir cerita, misalnya menikah dan berbahagia. Bagi penulisan sastra pun terdapat buku-buku pedoman yang disebut poetica dan di sini pun dibedakan berbagai tahap dalam proses penulisan, yakni sebagai berikut:
a.    Inrentio
b.    Disposition
c.    Elocution
d.    Action

Dewasa ini proses penulisan bagi setiap pengarang berjalan denan caranya sendiri. .Penulisan karya ilmiah pada prinsipnya mengikuti tahap-tahap ini, yaitu:
1.    Exordium (pembuka)
2.    Narrativo/confirmatio(pemaparan fakta)
3.    Peroratio (penutuu atau simpulan) 
Sedangkan bagi teks
  Sastra:
1.    Inventio
2.    Dispositio(bahan diatur dan diolah)
3.    Elucutio(bahan sudah diatur)
4.    Actio(bahan dibawakan)
Tiga tahap di atas (tanpa actio) berguna untukmembedakan aspek-aspek sebuah teks, yaitu kita temukan dalam membedakan isi.


5.    Gaya: Bagaimana Pengarang Menjabarkan
Beritanya

Gaya dianggap sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan pengarang untuk mencapai tujuan. Namun, dilihat dari sudut pembaca, gaya sebuah teks selalu memengaruhi dampak atau efek, jadi memengaruhi hubungan antara efek dan tujuan yang disebut fungsi. Secara garis besar ada dua pendapat: (1) pandangan monistik, yaitu pandangan yang betolak dari pendapat bahwa bentuk dan isi tidak dapat dipisahkan meskipun bisa untuk sementara; bila dianalisis dapat ditinjau secara terpisah. (2) Pandangan dualistik, yaitu pandangan yang bertolak dari pendapat bahwa isi sama, tetapi gayanya saja yang berbeda. Teori yang memandang gaya sebagai suatu penyimpangan juga dipandang sebagai dualistic.
Menurut pendapat umum, gaya adalah variasi. Gaya ialah segala sesuatu yang memberikan ciri khas pada sebuah teks dan yang menjadikan teks itu semacam individu jika dibandingkan dengan teks lain.
Pola gaya merupakan transformasi yang dialami struktur teks. Transformasi itu antara lain:

    Penambahan atau pengulangan
    Penukaran
    Penggantian
    Penghapusan

Empat jenis transformasi di atas dapat dikaitkan dengan sintaksis, semantik, dan bunyi (Luxemburg ,dkk 1984: 99-106)

MID TEORI SASTRA



OLEH :
NAMA        :     FACH RIZAL
NIM         :     A1D112012
KELAS        :    B

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA & DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

DEBAT JOKOWI VERSUS FOKE



Motivasi DEBAT JOKOWI VS FOKE:
MOTIVASI JOKO WIDODO JADI GUBERNUR DKI ADALAH PENINGKATAN KARIER
MINGGU, 16 September 2012 |22:32 WIB
Arif Pitoyo
JAKARTA: Ternyata motivasi Jokowi menjadi calon gubernur DKI Jakarta adalah ingin peningkatan karier. Hal itu tercermin dalam jawabanJokoi atas pertanyaan Foke dalam debat Jakarta Memilih yang disiarkan langsung Metro TV malam ini pukul 19:00 (16/9/2012)

Fauzi Bowo menanyakan kata-kata manis Jokowi kepada rakyat Jakarta dan motivasinya menjadicagub DKI. Menjawab pertanyaan itu, Jokowi mengatakan dirinya ingin menigkatkan karier.
“Pada saat Anda terpilih sebagai Wali Kota Solo Anda mengatakan kepentingan Warga Solo merupakn yang paling utama. Pada saat itu kita bertemu di Polda Metro Jaya, Anda mengatakan juga yang hampir serupa, Anda bilang kepentingan Jakarta dan warganya juga hal yang paling utama. Konflik batin apa yang terjadi pada diri anda?” tanya Foke kepada Jokowi dalam debat studio Metro TV , Jakarta ,Minggu (16/9/2012).
Jawaban Jokowi tak langsung mengarah menjawab pertanyaan Foke. Namun, dia menyatakan niatnya menjadi cagub DKI dibolehkan oleh undang-undang dan merupakan upaya untuk peningkatan karier.
“Sebetulnya ini kan masalah UU, kalau memang UU tidak boleh mencalonkan diri saya tidakmencalonkan diri dari PDIP, tapi kan dibolehkan,”jawab Jokowi.
Tak puas dengan jawaban Jokowi, Foke terus mengejar. Dia kembali mengulangi pertanyaannya.
“Anda tidak menjawab pertanyaan saya, sebagai kawan kita boleh tahu kan,” ujar Foke.
“Kita ini bicara pemerintahan, inikan proses pilkada, jadi ya tidak masalah. Lagi pula karir harus meningkar,” tutur Kokowi.(api)

DEFENISI DEBAT

A.    Defenisi debat
Debat adalah suatu pertukaran pikiran yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai pandangan yang berlawanan.
Debat merupakan suatu praktik persengketaan atau kontraversi argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usulan tertentu yan didukung oleh satu pihak (pendukung) dan ditolak oleh pihak yang lain (penyangkal). Perdebatan merupakan suatu bentuk atau wujud pembicaraan, dari pihak yang pro (pendukung) dan dari pihak yang kontra (penyanggah).
Debat terbagi dua yakni Debat Resmi dan Debat Tidak Resmi.
Debat resmi adalah metode resmi berinteraksi mewakili sebuah diskusi. Debat merupakan bentuk lebih luas dari diskusi yang lebih mengutamakan logika, Debat menekankan kepad reaksi emosi dari pendengar , dan peraturan yang memungkinkan kedua peserta  / pedebat berdiskusi dan memutuskan tentang perbedaan.
Debat tidak resmi adalah keajadian normal, tetapi kualitas dan kedalaman debat meningkat dengan pengetahuan dan keterampilan pesertanya sebagai pedebat. Badan perwakilan seperti parlemen, badan hukum (legislative assemblies) dan berbagai jenis pertemuan tersebut dalam perdebatan. Hasil debat mungkin ditentukan oleh suara pendengar, juri, hakim atau gabungan diantaranya Secara formal, debat banyak dilakukan dalan institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negar yang menggunakan sistem oposisi.



Dalam hal ini debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debar dapat dihasilkan voting atau keputusan juri.Contoh lain debat yang diselenggarakan secar formal adalah debat antar kandidat legislatifdan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pelmilihan umum.
B.    Hal yang menarik dari debat Jokowi vs Foke

    Ternyata motivasi Jokowi menjadi calon gubernur DKI Jakarta adalah ingin peningkatan karier. Hal itu tercermin dalam jawabanJokoi atas pertanyaan Foke dalam debat Jakarta Memilih yang disiarkan langsung Metro TV malam ini pukul 19:00 (16/9/2012)
    Fauzi Bowo menanyakan kata-kata manis Jokowi kepada rakyat Jakarta dan motivasinya menjadicagub DKI. Menjawab pertanyaan itu, Jokowi mengatakan dirinya ingin menigkatkan karier.
    Tak puas dengan jawaban Jokowi, Foke terus mengejar. Dia kembali mengulangi pertanyaannya.
    Saling sindir dan menyangkal. Kalau pak Jokowi kesan-kesanya membawakan konsep-konsepyang menurutnya sederhana untuk mengatasi masalah Jakarta. Kalau pak Foke masalah Jakarta tidak sederhana itu.
    Ketika pak Nachrowi mendapat kesempatan bertanya pada pak Ahok dengan gaya opening sok-sok Cina   
“Haiya Ahok, Haiya Abang mau tahu kalau lulus disini mau pindah lagi enggak?”

TUGAS MENYIMAK







                                                                OLEH :
NAMA :     FACH RIZAL
NIM      :     A1D112012
KELAS   :    B

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA & DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENYIMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENYIMAK
       Menurut Tarigan , beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak antara lain sebagai berikut.
       Pertama, faktor fisik. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keefektifan dalam menyimak. Sebagai contoh, ada seorang yang sukar sekali mendengar, dalam keadaan yang sama itu, dia mungkin saja terganggu serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar. Secara fisik dia mungkin berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal sehingga tingkat perhatiannya rendah. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting yang turut menentukan keberhasilan menyimak. Oleh karena itu, faktor-faktor fisik yang dapat mengganggu dan menghambat proses kelancaran menyimak perlu dihilangkan.

        Kedua, faktor psikologis. Faktor psikologis juga turut mempengaruhi proses menyimak. Faktor psikologis yang positif akan memberi pengaruh yang baik, sedangkan faktor psikologis yang negatif akan memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Faktor negatif itu antara lain prasangka dan kurang simpati, keegosentrisan, dan keasikan terhadap minat pribadi, pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan, serta sikap yang tidak layak dilakukan terhadap pembicara, sedangkan faktor positif yang menguntungkan bagi kegiatan menyimak, antara lain pengalaman masa lalu yang menyenangkan sehingga dapat menentukan minat dan pilihan, serta kepandaian yang beraneka ragam.
       Ketiga, faktor pengalaman. Sikap merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan pengalaman kita. Kurangnya minat merupakan akibat dari kurang atau tidak ada sama sekali pengalaman yang dimiliki dalam bidang yang akan disimak itu. Sikap-sikap antagonistik, sikap yang menentang, serta sikap bermusuhan timbul dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenagkan. Faktor pengalaman merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi proses menyimak seseorang.
        Keempat, faktor sikap. Pada dasarnya manusia mempunyai dua sikap utama, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya dan menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal itu memberikan dampak pada menyimak. Masing-masing dapat berupa dampak negatif dan dampak positif. Sebagai pendidik, nantinya kita pasti lebih memilih dan menanamkan dampak positif kepada siswa didik kita dari segala bahan yang disajikan, khususnya bahan simakan. Menyajikan bahan pelajaran yang baik dengan materi simakan yang menarik, ditambah dengan penampilan yang mengasikkan dan mengagumkan, jelas sangat menguntungkan dan sekaligus membentuk sikap positif bagi siswa.
        Kelima, faktor motivasi. Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat maka diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula dengan menyimak. Dorongan dan tekat diperlukan dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas, mengutarakan maksud dan tujuan yang hendak dicapai, serta bagaimana cara mencapai tujuan,   jelas merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun
         Keenam, faktor jenis kelamin. Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik simpulan bahwa antara pria dan wanita, pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.

 Tabel 1. Perbedaan Gaya Menyimak Pria dan Wanita
Perbedaan Gaya Menyimak
Pria    Wanita
Objektif
Aktif
Keras hati
Analisis
Rasional
Tidak mau mundur
Netral
Intrusif
Berdikari
Swasembada
Menguasai emosi
    Subjektif
Pasif
Simpatik
Difusif
Sensitif
Mudah terpengaruh
Cenderung memihak
Mudah mengalah
Reseptif
Bergantung
Emosional

        Ketujuh, faktor lingkungan. Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar para siswa pada umumnya. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut pengaturan dan penataan ruang kelas serta sarana dalam pembelajaran menyimak. Lingkungan sosial mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk mengekspresikan ide-ide mereka, dan juga mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anak-anak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara.
         Kedelapan, faktor peranan dalam masyarakat. Kemampuan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Peranan dalam masyarakat menjadi faktor penting bagi peningkatan keterampilan menyimak. Jika banyak menyimak maka akan banyak menyerap pengetahuan pula.

         Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dalam pembelajaran menyimak laporan perjalanan. Semua faktor tersebut juga menunjang peningkatan keterampilan menyimak, khususnya menyimak laporan perjalanan.
         Berbeda dengan Djago Tarigan menuturkan bahwa efektivitas menyimak bergantung atas beberapa faktor, yaitu pembicara, pembicaraan, situasi, dan penyimak.
         Faktor pertama, pembicara. Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Pembicara harus benar-benar menguasai bahan yang dibicarakan. Dalam menyampaikan bahan, si pembicara harus berbicara dengan jelas, intonasi yang tepat, susunan kalimatnya sederhana dan benar dalam bahasa yang mudah dimengerti, serta harus sistematis. Pembicara harus percaya pada kemampuan diri sendiri, gaya berbicara dengan penampilan yang sederhana tetapi menarik, serta pembicara berusaha mengadakan kontak dan menguasai para pendengarnya.
         Faktor kedua, pembicaraan. Pembicaraan adalah isi atau pesan yang disampaikan oleh pembicara. Pembicaraan harus memenuhi syarat-syrat tertentu agar sesuai dengan selera pendengar. Syarat tersebut antara lain: (a) pembicaraan harus sesuatu yang baru atau aktual, (b) pembicaraan harus sesuatu yang bermakna, berarti, dan bermanfaat bagi pendengar, (c) pembicaraan haruslah sesuatu yang menarik dan dalam lingkaran pusat minat pendengar, (d) pembicaraan tersusun dalam sistematika yang mudah ditangkap oleh pendengar, dan (e) taraf kesukaran pembicaraan hendaknya seimbang dengan taraf kemampuan pendengar.
           Faktor ketiga, situasi. Situasi dalam menyimak adalah segala hal yang menyertai kegiatan menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan penyimak. Situasi ini juga sangat menentukan keefektivan menyimak. Hal-hal yang berkaitan dengan situasi adalah tempat atau ruangan di mana peristiwa tersebut berlangsung, suasana lingkungan yang tenang, dan peraturan menyimak yang digunakan memenuhi syarat mudah mengoperasikannya.
         Faktor keempat, penyimak. Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Di antara keempat faktor pembantu keefektivan menyimak, yakni faktor pembicara, pembicaraan, situasi, dan penyimak, faktor yang terpenting adalah faktor peyimak, sebab walaupun ketiga faktor lainnya sudah sedemikian baik menunjang efektivitas menyimak, tetap tidak akan terjadi kegiatan menyimak jika si penyimak sendiri tidak mau terlibat dalam kegiatan menyimak.
         Sejalan dengan pendapat Tarigan, Syarifah menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak ada enam, yaitu: (1) faktor fisik, (2) faktor pengalaman, (3) faktor sikap, (4) faktor motivasi, (5) faktor jenis kelamin, dan (6) faktor lingkungan.

HAKIKAT MENYIMAK

Hakikat Menyimak Teks Informatif
Hakikat Menyimak Teks Informatif Pembahasan Hakikat Menyimak Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga mempelancar keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang maka akan


PENDAHULUAN
Pembahasan Hakikat Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan.
Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau
pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga mempelancar
keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang
maka akan semakin baik pula daya serap informasi atau pengetahuan
yang disimaknya.
Apakah yang dimaksud dengan teks informatif? Informasi itu, artinya
berita, kabar, penjelas/pemberitahuan tentang suatu hal/objek tertentu.
Sumber/pemberi informasi disebut informan yaitu orang yang memberikan
informasi. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan teks informatif ialah
teks yang memuat berita, kabar, panjelas/pemberitahuan tentang suatu
hal.
tahapan proses menyimak yaitu tahap mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi, memahami, menilai, dan menanggapi
menyimak bukan hanya sebatas mendengar (hearing) saja, tetapi
memerlukan kegiatan lainnya yakni memahami (understanding) isi
pembicaraan yang disampaikan oleh si pembicara. Lebih jauh lagi
diharapkan dalam menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang
disimaknya baik tersurat maupun yang tersirat. Kegiatan selanjutnya
dalam proses menyimak adalah kegiatan mengevaluasi (evaluating). Pada
kegiatan ini si penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan
maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni menanggapi
(responding). Pada tahap akhir ini penyimak menyembut, mencamkan,
menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh sipembicara.
Berdasarkan hal tersebut, dalam menyimak diperlukan suatu kemampuan
khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan
(Poerwadarminta, 1984:628). Menyimak dapat juga diartikan sebagai
memperhatikan baik-baik yang diucapkan atau dibaca orang
(Pusbinbangsa, 1988:840). Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat
dirumuskan kemampuan menyimak itu adalah kemampuan, kesanggupan,
kecakapan, siswa menerima dan memahami apa yang diucapkan atau
dibaca orang lain. Urias (1987:21) juga memperjelas bahwa kemampuan
menyimak merupakan proses belajar mengajar dan pembentukan
kebiasaan yang terus-menerus. Seperti yang kemukakan Bloom yang
berhubungan dengan aspek kognitif di dalam menyimak dapat berupa
kemampuan menyimak tingkat ingatan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi (Nurgiantoro, 1995:237).
Kegitan menyimak yang baik menyangkut sikap, ingatan, persepsi,
kemampuan membedakan, intelegensi, perhatian, dan motivasi yang
harus dikerjakan secara integral dalam tindakan yang optimal pada saat
kegiatan menyimak berlangsung baik menyimak intensif maupun
ekstensif. Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu
kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol pada suatu hal tertentu baik
dari program pengajaran bahasa maupun pemahaman serta pengetahuan
umum secara kritis, konsentratif, kretaif, eksploratif interogatif, dan
selektif, berbeda dengan menyimak ekstensif. Untuk melaksanakan dan
mengoptimalkan kemampuan menyimak mahasiswa tersebut, salah satu
pendekatannya adalah pendekatan kontekstual.




Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa diantara empat
keterampilan bahasa lain seperti menulis, membaca dan berbicara.
Keterampilan menyimak dapat kita klasifikasikan ke dalam keterampilan
berbahasa yang paling awal kita peroleh. Dalam kajian proses perolehan
bahasa anak, maka keterampilan ini memegang peranan yang tidak kecil,
bahkan dapat dikatakan sangat penting. Pengenalan satu wujud benda
tertentu tidak akan berarti apa- apa tanpa adanya penyebutan atau
penamaan benda itu oleh orang lain atau anak. Perolehan suatu kata
lewat pendengaran itulah yang memberikan makna pada benda yang
diperlihatkan kepada anak tersebut.
Jenis tes untuk mengukur kemampuan menyimak adalah tes respons
terbatas, tes respons pilihan ganda, dan tes komunikasi luas.
“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi
atas makna yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak melinbatkan
pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan
situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus
diperhitungkan dalam menentukan maknanya.
Tes Menyimak


Tes menyimak adalah tes yang tidak hanya untuk mengetahui
apakah seseorang mendengarkan atau tidak, tetapi juga untuk mengukur
kemampuan seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya.
Sampel yang disimakkan dalam tes ini dapat berupa satu kalimat
perintah, pertanyaan, atau pernyataan tentang fakta; juga berupa
simulasi percakapan singkat atau uraian wacana ekspositori. Namun,
apapun hakikat sampel itu, peserta tes (subjek) dituntut secara serentak
(simultan) menanggapi ”sinyal” fonolofis, gramatikal, dan leksikal; dengan
jawaban mereka menunjukkan sejauh mana mereka dapat menangkap



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyimak
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa dan sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi, Drs.; 1995: 18)
Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. (Djago Tarigan; 1991: 4).

2.2 Tujuan Menyimak
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta
b. Untuk menganalisis fakta
c. Untuk mengevaluasi fakta
d. Untuk mendapatkan inspirasi
e. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri

2.3 Jenis-Jenis Menyimak
Pengklarifikasian menyimak berdasarkan:
a. Sumber suara
b. Cara penyimak bahan yang disimak
c. Tujuan menyimak
d. Taraf aktivitas penyimak
Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi
2) Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi
Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1) Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Menyimak ekstensif meliputi
a) Menyimak sosial
b) Menyimak sekunder
c) Menyimak estetik
2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Menyimak intensif meliputi:
a) Menyimak kritis
b) Menyimak introgatif
c) Menyimak penyelidikan
d) Menyimak kreatif
e) Menyimak konsentratif
f) Menyimak selektif
Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman & butterfield membedakan menyimak menjadi:
a) Menyimak sederhana
b) Menyimak diskriminatif
c) Menyimak santai
d) Menyimak informatif
e) Menyimak literatur
f) Menyimak kritis
Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:
a) Kegiatan menyimak bertarap rendah
b) Kegiatan menyimak bertaraf tinggi

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
1. Unsur Pembicara
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
2. Unsur Materi
Unsur yang diberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematis dan seimbang
3. Unsur Penyimak / Siswa
a. Kondisi siswa dalam keadaan baik
b. Siswa harus berkonsentrasi
c. Adanya minat siswa dalam menyimak
d. Penyimak harus berpengalaman luas
4. Unsur Situasi
a. Waktu penyimakan
b. Saran unsur pendukung
c. Suasana lingkungan

2.5 Ciri-Ciri Penyimak Ideal
Menurut Djago Tarigan mengidentifikasi ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut:
1. Berkonsentrasi
Artinya penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak
2. Penyimak harus bermotivasi
Artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga untuk menyimak kuat
3. Penyimak harus menyimak secara menyeluruh
Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu
4. Penyimak harus menghargai pembicara
5. Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti
6. Penyimak harus sungguh-sungguh
7. Penyimak tidak mudah terganggu
8. Penyimak harus cepat menyesuaikan diri
9. Penyimak harus kenal arah pembicaraan
10. Penyimak harus kontak dengan pembicara
11. Kontak dengan pembicara
12. Merangkum
13. Menilai
14. Merespon

2.6 Kegiatan Menyimak
1) Proses menyimak komprehensif
Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak:
a) Rangsang bunyi
Weafer 91972) memasukan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe-tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dapat dimaknai oleh penyimak
b) Penerimaan alat peraga
c) Perhatian dan penyelesaian
d) Pemberian makna
2) Fungsi comprehensive listening
Fungsinya berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya kaitan antara satu pesan dengan lainnya agar sampai pemahaman yang dikehendaki.
3) Faktor-faktor yang berkaitan dengan menyimak konprehensif
a) Memori
Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting
- Menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas
- Memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita kepada suatu aktivitas apabila konsep-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain
- Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman/ pengetahuan dan informasi-informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Beberapa teori yang memberikan penjelasan tentang penyebab mengapa informasi yang disimpan dalam memori hilang (lupa)
1) Fuding teori (teori pemudaran): maksudnya informasi yang tidak sering digunakan akan memudar / perlahan-lahan hilang
2) Distortion theory: informasi yang mirip dengan informasi yang lainnya tidak dapat dibedakan, yang telah disimpan di ingatan
3) Superssion Theory: teori ini menyatakan pesan akan hilang akibat hambatan multivasional (melukai)
4) Interference Theory: teori ini menyatakan informasi yang telah di dapat sebelumnya akan bercampur dengan informasi yang baru didapat
5) Processing Break down theory: teori ini berpendapat bahwa tak satupun dari bagian-bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda (sistem coding ambigu)
Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat apabila informasi itu:
1) Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan
2) Dianggap lain dari pada informasi yang lain atau dianggap unik (tidak wajar)
3) Terorganisir dan
4) Berupa informasi visual
Menurut Montgo Mery ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat meningkatkan daya mengingat kita. Kita harus memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan daya ingatan, meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan, dan peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.
b) Konsentrasi
Salah satu alasan mengapa pendengar tak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan (penuturan) adalah kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi. Untuk memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang saja.
Alasan yang kedua adalah karena pendengar salah mengarahkan energi untuk memperhatikan (attention energy). Menurut Erving Goffman, bentuk standar dan kesalahan penafsiran meliputi hal-hal berikut:
1) Pencakupan / pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi / rangsang dari luar
2) Kesadaran diri
3) Kesadaran berinteraksi
4) Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan
Ada tiga alasan lain yang menyadari alasan kurangnya konsentrasi di atas diantaranya; kurangnya motivasi diri dan kurangnya tanggung jawab
c) Pembendaharaan kata
Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosa kata. Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam pemahaman pendengar.
Dalam peran kita sebagai komunikator, kita memiliki empat jenis kosa kata fungsional yang sangat bervariasi ukurannya, jenis kosa kata itu dibedakan berdasarkan usia, saat seseorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
1) Sampai kira-kira seseorang mencapai usia sebelas tahun kosa kata fungsional terbesar yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar (listening vocabulary) artinya pengayaan kosa katanya pada fase ini dapat dan hasil simakan dari kehidupan sehari-hari
2) Setelah lewat usia dua belas, kosa kata simakan yang seseorang miliki, umumnya dipengaruhi oleh kosa kata atau hasil membaca (reading vocabulary).
Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata kosa kata sebesar 20.00 kata.
Untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut langkah-langkah Pauk dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah menumbuhkan minat kata-kata. Ada dua kemampuan dasar yang dapat membantu kita untuk mempelajari kata-kata baru berdasarkan maknanya adalah kemampuan menganalisa struktur dan kemampuan menganalisa konteks kata keterampilan pertama tadi yaitu analisis struktur.
2. Langkah yang kedua adalah mempelajari makna dari kata-kata yang tidak lazim dari konteks-konteksnya.
Ada 2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal yakni petunjuk sematik (makna kata) dan sintaksis (struktur kalimat), yang termasuk ke dalam petunjuk sematik adalah petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas pengalaman, situasi,.
Petunjuk kontekstual kedua adalah petunjuk sintaksis berupa pola-pola penyusun kalimat yang menjadi penyusun suatu kalimat.

d) Faktor-faktor tambahan
1) Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah
2) Tak banyak mengenal paliditas dan realibitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian
3) Karena sebagian besar peneliti belum terkoordinir dengan baik.
Ada beberapa variabel yang mempengaruhi keefektifan menyimak konprehensif adalah usia, motivasi, intelgensia, tingkat pencapaian, kemampuan berbicara, pemahaman membaca, kemampuan belajar, kemampuan berbahasa dan cultural

BAB III
PENUTUP

Hakekat dari ilmu menyimak adalah suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan merealisasi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan.
Jadi menyimak sangatlah penting bagi para pelajar terutama siswa SD, menyimak bertujuan untuk menangkap, memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Keterampilan menyimak sangatlah penting, baik di luar maupun di sekolah, namun demikian di Indonesia kelihatanya belum mendapat tempat yang menggembirakan. Hal ini terbukti belum dimasukannya menyimak secara eksplisit pada GBPP bidang studi.
Kegiatan menyimak ternyata besar sekali peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga, di masyarakat di pabrik, di kantor, di perusahaan, di sekolah dan sebagainya.
Kita tahu bahwa kegiatan menyimak sangat banyak dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, namun kenyataannya masih jarang sekali orang-orang yang berminat mengadakan penelitian di bidang menyimak.




Jenis-jenis Menyimak bahasa indonesia

1.      Menyimak Ekstensif
Menyimak Ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Jenis menyimak ini dapat digunakan bagi dua jenis tujuan yang berbeda:
a.       Untuk menagkap atau mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru
b.      Dapat pula member kesempatan bagi para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitasnya untuk menanganinya
Menyimak jenis ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Menyimak social/konvensional/sopan
Menyimak jenis ini biasanya berlangsung dalam situasi social. Menyimak social ini berlangsung dalam beberapa fase yakni menyimak social, sekunder dan estetik
Menyimak social ini juga mencakup dua hal:
1.      Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi social dengan suatu maksud
2.      Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson:1972:69)
2)      Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan  (casual listening) dan secara ektensif (extensive listening)
3)      Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak Apresiatif
Menyimak estetik ini mencakup:
a.       Menyimak music, puisi, pembacaan bersama atau drama, radio dan rekaman-rekaman.
b.      Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa maupun actor (Dawson (etall), 1963:153)
4)      Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.

2.      Menyimak Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawas, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting sebagai berikut:
a.       Menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan pada butir-butir bahwa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau
b.      Terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian umum
Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:
1.      Menyimak kritis
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupaya untuk mencari keslahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.
Berikut ini 10 usaha menyimak kritis:
1)      Memperhatikan ketepatan bahasa ujaran
2)      Menentukan alasan-alasan mengapa
3)      Memahami makna petunjuk konteks
4)      Membedakan fakta dengan fantasi
5)      Menarik kesimpulan
6)      Membuat keputusan
7)      Menemukan pemecahan masalah
8)      Menentukan informasi baru
9)      Menginterpretasi ungkapan, idiom, istilah baru
10)  Bertindak objektif dan evaluatik
Situai-situasi yang menuntut kita menyimak kritis:
a.       Pidato-pidato politis
b.      Pidato-pidato filosofis
c.       Kata-kata memikat dari tukang obral
Berikut ini merupakan empat konsep menyimak kritis:
a.       Pembicara mendukung masalah yang dikemukakan
b.      Pembicara  Mendemontrasikan keyakinannya
c.       Pembicara  Berfikir secara deduktif
2.      Menymak konsentratif (a study type listening)
Kegiatan menyimak yang sejenis dengan telaah. Berikut ini adalah aneka kegiatan menyimak konsentratif.
a.       Mencari hubungan
b.      Mencari informasi
c.       Memperoleh pemahaman
d.      Manghayati ide-ide
e.       Memahami urutan ide-ide
f.       Mencatat fakta-fakta
g.      Mengikuti petunjuk
3.      Menyimak kreatif (creative listening)
Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (dawson (et all), 1963:153)
Kegiatan menyimak kreatif diantaranya:
a.       Mengasosiasikan makna-makna dengan pengalaman menyimak
b.      Merekonstruksi imaji-imaji visual sementara menyimak
c.       Mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif dalam karya
d.      Memecahkan masalah, memeriksa dan mengujinya.
4.      Menyimak eksplorasif
Menyimak eksplorasif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Kegiatan menyimak eksplorasif ini meliputi:
1.      Menemukan hal baru
2.      Menemukan Informasi tambahan
3.      Menemukan isu menarik
5.      Menyimak interogatif
Menymak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan.
Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara 9dawson [et all], 1963:153)
6.      Menyimak selektif
Alasan mengapa kita harus menyimak secara selektif:
1)      Kita jarang sekali mendapat kesempatan untuk berpratisipasi secara sempurna dalam suatu kebudayaan asing dan oleh karena itu hidup kita yang berisi dan bersegi ganda itu turut mengganggu kapasitas kita untuk menyerap
2)      Kebiasaan-kebiasaan kita kini cenderung membuat kita menginterpretasikan kembali rangsangan-rangsangan akustik yang disampaikan oleh telinga kita ke otak kita dan karenanya kita memperoleh suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.
Cirri-ciri bahasa yang hendaknya disimak selektif:
a.        Nada suara
b.      Bunyi-bunyi asing
c.       Bunyi-bunyi yang bersamaan
d.      Kata dan frasa
e.       Bentuk-bentuk ketatabahasaan.

Pengertian, Fungsi, Tujuan, Peran dan Proses Menyimak

a.       Pengertian Menyimak
Berikut ini terdapat beberapa pengertian menyimak yang dikemukakan oleh para ahli.
1.      Menurut H. G. Tarigan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.      Menurut  Anderson
Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambing-lambang lisan.
3.      Menurut  Russel&Russel 1959
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi
4.      Menurut  Drs. Hanapi Natasasmita
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak
5.      Menurut Djago Tarigan
Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan
6.      Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
b.      Fungsi Menyimak
Berikut ini terdapat beberapa fungsi dalam melaksanakan kegiatan menyimak.
1.      Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif
2.      Memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut pautnya dengan pekerjaan atau profesi
3.      Dapat memberikan respon yang tepat
4.      Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal
c.       Tujuan Menyimak
•Menurut H.G. Tarigan
1.      Menyimak untuk belajar
2.      Menyimak untuk  Menikmati keindahan audial
3.      Menyimak untuk  Mengevaluasi
4.      Menyimak untuk  Mengapresiasi materi simakan
5.      Menyimak untuk  Mengkomunikasikan ide-ide
6.      Menyimak untuk  Membedakan bunyi-bunyi
7.      Menyimak untuk  Memecahkan masalah
8.      Menyimak untuk  Meyakinkan
        • Menurut Bunga Ayesha dalam modul hakikat menyimak
1.      Mendapatkan fakta
2.      Mengevaluasi fakta
3.      Menganalisis fakta
4.      Mendapatkan inspirasi
5.      Menghibur diri
6.      Meningkatkan kemampuan berbicara
d.      Peran Menyimak
1.      Landasan belajar berbahasa
2.      Penunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis
3.      Pelancar komunikasi lisan
4.      Penambah informasi
e.       Proses Menyimak
1.      Tahap mendengar (hearing)
2.      Tahap memahami (understanding)
3.      Tahap menginterpretasi (interpreting)
4.      Tahap mengevaluasi (evaluating)
5.      Tahap menanggapi (responding)



Faktor-Faktor Keberhasilan Menyimak
A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK PADA UMUMNYA
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyimak. Tarigan (1990) dan Solichi dkk (1976) menyebutkan factor tersebut meliputi hal-hal berikut:
1. Faktor fisik
Yang dimaksud faktor fisik di sini adalah dapat berupa factor internal yakni keadaan fisik penyimak serta factor eksternal yakni factor yang berasal keadaan dari si pembicara. Gangguan fisik tersebut bisa berupa kelelahan, kurang gizi, dan mengidap penyakit fisik (Tarigan, 1990). Dengan begitu, kesehatan dan kesejahteraan fisik penyimak waktu melakukan kegiatan menyimak merupakan model yang penting dalam menentukan keberhasilan menyimak.
2. Faktor psikologis
Yang dimaksud faktor psikologis adalah faktor yang melibatkan sikap/ minat/ motivasi dan sifat-sifat pribadi penyimak terhadap apa yang disimak (Tri Priyatni dkk, 1996). Faktor tersebut dapat berupa prasangka dan kurang simpatik terhadap pembicara, keegosentrisan terhadap minat dan masalah pribadi, kepicikan yang menyebabkan pandangan kurang luas, kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap topik pembicaraan, dan sikap yang tidak layak terhadap pembicara maupun topik yang dibicarakan. Jalan keluar dari faktor ini adalah kita sebagai pembimbing penyimak bisa memberikan bimbingan untuk memperbaiki kondisi yang negatif.
3. Faktor pengalaman
Faktor pengalaman yang telah dimiliki penyimak misalnya berupa pengalaman masa lalu, peristiwa yang pernah dialami oleh yang berhubungan dengan topik yang disimak ataupun pengetahuan kekayaan kosakata yang berupa idiom, istilah, kata-kata sulit yang dimiliki oleh si penyimak sangat membantu untuk menangkap pesan tuturan wacana baru yang disimak.
4. Faktor Jenis Kelamin
Beberapa peneliti menunjukkan adanya perbedaan perhatian dan cara merumuskan perhatian antara anak laki-laki dan perempuan dalam kegiatan menyimak. Penelitian yang dilakukan Silverman dan Webb dalam Tarigan (1990) menemukan fakta bahwa laki-laki pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, rasional, keras kepala/ pantang mundur, bersifat mengganggu, mandiri, dan menguasia emosi. Sedangkan wanita lebih bersifatr subjektif, pasif, simoatik, difusif, sensitif, mudah terpengaruh, cenderung memihak, mudah mengalah, represif, bergantung, dan emosional. Sehubungan dengan itu, pembimbing harus bersikap bijaksana dalma menghadapi perbedaan tersebut dalam kegiatan pengajaran menyimak.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan kelas yang kondusif, misalnya sarana yang mendukung terciptanya suasana kelas yang kondusif dalam proses menyimak, antara lain berupa ruang kedap suara, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam proses menyimak, arahan pembimbing yang jelas dan tegas, dan suara pembacaan wacana baik yang dibacakan oleh seseorang atau rekaman tape recorder yang jelas, suasana yang mendorong siswa dapat mengekspresikan ide secara bebas berhubungan dengan topik yang disimak sangat membantu terhadap keberhasilan pengajaran menyimak.


B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MENYIMAK DALAM KEGIATAN MENYIMAK SOSIAL
1. Topik dan Tujuan Pembicaraan
Dalam bercakap-cakap, mengobrol, dan sebagainya pada umumnya topik dan tujuan pembicaraan jarang dan bahkan tidak pernah ditemukan. Karena itu, pengetahuan dan pengalaman yang luas serta ketajaman berfikir dalam menangkap isi pembicaraan dari si penyimak sangat menentukan keberhasilan dalam menyimak sosial. Selain itu, pembicaraan yang disampaikan harus baru atau hangat, karena ini akan menarik dan dinikmati oleh penyimaknya. Sedangkan pembicaraan yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi penyimaknya. Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan penyimaknya. Taraf kesukaran pembicaraanpun harus seimbang dengan taraf kemampuan penyimak. Untuk itu, dalam faktor pembicaraan perlu juga pembicara menyampaikan wacana dengan sistematis agara mudah dipahami.
2. Faktor Si Pembicara
Gaya penyampaian permasalahan dari setiap orang dalam berbicara berbeda satu dengan lainnya. Misalnya masing-masing pembicara memiliki pilihan kata, penyusunan kalimat, alur pembicaraan, tanpa berbicara dan sebagainya, sangat berbeda satu dengan yang lain. Hal ini juga akan mempengaruhi pada hasil simakan. Selain itu, terdapat pula enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara:
Penguasaan materi
Pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati apa yang disampaikan pada penyimak.
Berbahasa baik dan benar
Pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan istilah yang tepat. Selain itu isi pembicaraan harus sesuai dengan tahap penyimaknya.
Percaya diri
Pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta meyakinkan penyimak.
Berbicara sistematis
Pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang disampaikan mudah dipahami.
Gaya menarik
Pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke tingkah laku yang dianggap aneh.
Kontak dengan penyimak
Dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak.
3. Faktor Si Penyimak
Bagi si penyimak sendiri memiliki berbagai perbedaan baik dari sisi pengetahuan, pengalaman, ketajaman berpikir, kondisi mental maupun kesempurnaan organ telinganya. Tentulah hal ini sangat mempengaruhi hasil simakan seseorang. Sebelum menyimak, penyimak diwajibkan untuk memusatkan perhatian terhadap bahan simakan. Hindari hal-hal yang menganggu konsentrasi penyimak. Hal ini bertujuan agar penyimak dapat merumuskan secara tegas arah keinginan dalam menyimak.
4. Faktor Situasi dan Kondisi
Dalam menyimak, ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang memenuhi persyaratan. Misalnya penerangan, tempat duduk, tempat pembicara, luas ruangan, dan alat-alatnya. Waktupun sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi si penyimak. Pilihlah waktu yang tepat, misalnya: pada pagi hari saat menyimak masih segar dan rilek. Selain faktor eksternal yang telah disebutkan, faktor internalnya berasal dari kondisi si penyimak. Kondisi tubuh si penyimak haruslah prima agar dapat memaksimalkan hasil simakan.


C. PRASYARAT MENYIMAK YANG EFISIEN
1. Keberhasilan menyimak bergantung pada sikap penyimak
Menyimak yang efisien menuntut sikap obyektif, yaitu sikap yang tidak berpihak dan sikap kooperatif. Andaikata penyimak itu mempunyai sikap prasangka, pasti ia akan mendengarkan fakta-fakta atau pendapat-pendapat yang cocok dengan keyakinannya sendiri. Orang-orang yang bersikap dogmatis biasanya menyebabkan penyimak-penyimak menjadi “miskin”, mereka biasanya menolak mendengarkan pandangan-pandangan yang berlawanan disebabkan oleh prasangka mereka.
2. Keberhasilan menyimak bergantung pada perhatian
Kita akan bersedia menyimak sesuatu bila ada ide-ide yang menarik perhatian kita. Ada bermacam-macam perhatian, yaitu: perhatian primer, perhatian sekunder, dan perhatian sesaat. Kita akan menunjukkan perhatian primer bila ada pertalian langsung antara apa yang kita simak dari pembicara dengan kepentingan kehidupan kita sehari-hari. Contoh, kita akan menunjukkan adanya perhatian yang cukup aktif terhadap sesutau perkembangan pendidikan di sebuah universitas apabila pembicara mengetengahkan adanya usaha menaikkan uang SPP. Selain itu, orang juga akan menunjukkan perhatian pada perhatian sekunder. Seperti contoh, anggota-anggota suatu masyarakat berpendapat program kerja kemasyarakatan tentu cepat menarik perhatian, tetapi bila timbul veto adanya penarikan sumbangan yang dapat menghentikan adanya usaha penarikan itu, maka kita akan begitu tertarik dan gembira menghadapi masalah tersebut.
Persoalan lain yang dapat juga menarik perhatian adalah jenis perhatian sesaat (perhatian temporer). Misalnya kita akan mneunjukkan perhatian kita yang lebih besar pada masalah-masalah pemilihan umum pada tahun-tahun pemilihan umum itu berlangsung. Orang akan menunjukkan adanya perhatian sesaat yang lebih besar pada masalah-masalah yang bersifat temporer, bila pembicara mengacu pada jenis perhatian tersebut.
3. Keberhasilan menyimak bergantung pada motivasi
Ada berbagai motivasi dalam kehidupan manusia, yaitu:
a. Motivasi kelangsungan hidup pribadi
Penjagaan kelangsungan hidup pribadi boleh dikatakan merupakan motivasi pendorong yang paling dasar. Manusia berusaha memperbesar hasratnya untuk mempertahankan diri dengan menambah makanan dan perlindungan demi kesehatan dan kesenangannya, demi gagasan dan kepentingan jasmaninya. Contohnya, orang-orang mengunci rumah untuk melindungi hak miliknya.
Andaikata pembicara sanggup menghubungkan hal-hal di atas dengan hasrat dasar untuk mempertahankan hidup pribadi seperti di atas, orang tentu akan berusaha menyimak dengan yang sangat besar.
b. Motivasi hak milik
Hasrat pemilikan pada benda-benda material memainkan peranan yang penting dalam kehidupan kebanyakan manusia. Pada umumnya kita mempuyai hasrat untuk memiliki tanah, benda-benda berharga, uang atau barang-barang milik yang lain, yang dapat menjadi milik pribadi.
Jika seorang pembicara dapat menunjukkan kepada para penyimaknya bagaimana orang dapat menambah keuntungan, bagaimana orang dapat mengerjakan tugas-tugasnya lebih efisien, bagaiman menyimpan uang, atau bagaimana kita dapat menambah milik pribadi, tentu pembicara tadi akan dapat membuat para pendengarnya mau menyimak dengan seluruh kemampuan yang ada.
c. Motivasi kekuasaan
Orang-orang yang penuh ambisi selalu berusaha memperbaiki dirinya, mereka berusaha mencari posisi yang bertanggung jawab, sehingga mereka dapat memiliki kekuasaan dan wibawa di antara kawan yang lain.
Pembicara yang mampu menunjukkan kepada para pendengarnya bagaimana kita dapat menambah pengaruh dan wibawa kita, tentu akan menambah hasrat seseorang untuk menyimak gagasan-gagasannya dengan tekun.
d. Motivasi keharuman nama
Hasrat akan kemashuran dan pengaguman merupakan motif yang umum juga secara universal. Banyak orang yang berusaha untuk memperoleh restu masyarakat supaya dihormati oleh kelompok mereka. Seperti contoh, seorang pelajar berusaha memeroleh medali, hadiah, dan penghargaan yang lain sebab pelajar tersebut mengharapkan adanya pengaguman dari sesama kawan pelajar.
Pembicara yang dapat menunjukkan ide-ide dalam pembicaraannya hendaknya dapat menunjukkan pula bagaimana cara mempertinggi reputasi. Pembicara yang demikian akan selalu disimak ide-idenya.

e. Motivasi kasih sayang
Standar etika dalam permainan, honorarium perseorangan, dan rasa hormat kepada orang lain timbul atas dasar motivasi yang kuat oleh adanya perasaan cinta dan kasih sayang. Sikap religius tumbuh oleh adanya rasa cinta kepada Yang Mahakuasa.
Pembicara yang sanggup menyerukan hal-hal yang demikian akan menyebabkan para pendengar mau menyimak dengan tekunnya.
f. Motivasi perasaan atau emosi
Emosi dapat menentukan tumbuhnya kesadaran loyalitas serta patriotisme pada diri seseorang. Kesadaran perasaan loyalitas kita menyebabkan kita mau memelihara persahabatan dengan orang-orang yang telah mempunyai adat kebiasaan yang sama.
Pembicara yang mampu menyerukan timbulnya perasaan demikian akan menumbuhkan perangsang hadirin untuk bersedia menyimak gagasan-gagasannya
g. Motivasi cita rasa
Cinta kepada keindahan, petualangan, dan pengalaman baru menimbulkan motivasi pada manusia sensitif. Tidak semua aktivitas kita dimotivasi atas dasar pertimbangan-pertimbangan praktis, ada juga beberapa hal yang timbul karena adanya apresiasi cita rasa keindahan. Kita bersedia mengapresiasi karya-karya lukisan, musik, puisi, drama, atau patung karena fakta-fakta tersebut dapat menimbulkan kepada kita kesadaran akan manfaatnya keindahan.
4. Keberhasilan menyimak bergantung pada keadaan emosi
Kemauan dan keberhasilan kita untuk menyimak banyak juga bergantung pada kesadaran emosi kita. Ketidakberhasilan menyimak yang tidak kita inginkan mungkin merupakan hasil dari gangguan emosi. Mislanya keseganan menghadiri pembicaraan, kurang tertarik pada masalah pembicraan, atau sikap pada waktu menyimak yang dapat menimbulkan problem-problem yang menekan perasaan. Dengan kemudian dapat kita sederhanakan menjadi: kita akan menyimak apa-apa yang kita butuhkan. Kita bersedia menyimak apa-apa yang menyenangkan. Sebaliknya kita akan menolak untuk menyimak kebalikan dari gagasan-gagasan atau keyakinan yang telah kita yakini dengan kuat.