Cari Blog Ini

Kamis, 31 Desember 2015

2.1 Pengertian Morfologis




Chaer (2008: 3) secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk  dan kata logi berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata”.
Bauer (dalam Ba’dudu dan Herman, 2010:  2), Morfologi membahas struktur internal bentuk kata. Dalam morfologi, analisis membagi bentuk kata ke dalam formatif komponennya (yang kebanyakan merupakan morf yang berwujud akar kata atau afiks). Menurut Rusmadji  (dalam Ba’dudu dan Herman, 2010: 3), morfologi mencakup kata , bagian-bagiannya, dan prosesnya.
5
 
O’Grady dan Dobrovolsky (dalam Ba’dudu dan Herman, 2010: 3), Morfologi adalah komponen tata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks. O’Grady dan Dobrovolsky membedakan antara teori morfologi umum yang berlaku bagi semua bahasa dengan morfologi khusus yang berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa alamiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang merupakan fungsi ganda. Pertama, kaidah-kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidah-kaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya.
Dari beberapa teori para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah salah satu cabang linguistik yang mempunyai tugas untuk menelaah struktur dan pembentukan kata yang ada kaitannya dengan morfem.

Rabu, 14 Januari 2015

puisi "bibir sumbing"

Teriak tatkala tak mampu teriak
Berbicara hanya membuang tenaga
tutup telinga 
tutyp mata
Potong kakiku
gunakan saja tanganku
tapi kamu
apa bedanya dengan setan 
dengan setan yang berbisik
namun tak bisa dibisik

puisi "sayang"

Waktu berlalu begitu cepat
aku benci itu
Aku tak percaya waktu begitu singkat
Dmna sekuntum bunga layu
Bunga lainnya akn mekar
Dimna angin brhembus
Angin lainnya akn brhmbus lg
Tp akn kusimpan kenangan tentangmu slmanya
Walau aku pergi kesurga dan mlupknmu
Atw aku k neraka dan kau mlpknku 
Walau jika kt tak bisa saling mengingat dmnpun kt pergi
Aku akn menemkunmu dgn hatiq
Jd jika kau tmkan seorng pria yg brhnti mlngkh
Memandangimu dgn mata berkaca2
Dan jantungx mulai berdetak kencang saat dia memandangmu
Maka ingatlah 
I2 adalh aku
Aku menyayangimu

Selasa, 04 November 2014

repetisi, sinnim, antoim, kolokasi, hiponim, dan ekuivalen

1      repetisi adalah pengulangan satuan lingual yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Menurut Oktafianus (2006:63), repetisi merupakan pemunculan bentuk yang sama yang mengacu ke makna yang sama dalam suatu wacana. Repetisi memiliki berbagai peran seperti sebagai penegas, penciptaan gaya bahasa dan pengungkapan perasaan emosi, karenanya repetisi bukan hanya pengulangan bentuk tetapi berperan pragmatis yang maknanya bergantung pada konteks. Berikut ini adalah contoh adanya bentuk pengulangan di dalam teks yang bersifat sebagai penegas. Contoh :
Apa! Apa kau sudah gila Tono? Baru kemaren kau dari rumahku, sekarang kau mau minjam uang lagi. Apa kau sudah gila!
2        Sinonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atauhal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain.Sinomini merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Contoh,  pahlawan – pejuang. Sinonim merupakan persamaan arti tetapi memiliki bentuknya berbeda. Kekayaan budaya dan intensitas kontak dengan bahasa lainnya menentukan warna persinoniman dalam suatu bahasa (Oktafianus, 2006:64). Contoh : Pola hidup masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa. Cara keseharian mereka disibukkan dengan pekerjaan kantor dan sebagainya.
3    Antonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain, satuan lingual yang maknanya berlawan/berposisi dengan satuan lingual yang lain. Contoh, putra – putri. Antonim adalah lawan kata. Suatu wacana yang dinamis juga sering menempatkan kohesi leksikal secara fleksibel dan variatif dengan mempertentangkan makna yang berlawanan (Oktafianus, 2006:64). Contoh : Tidak ada yang tidak mungkin sari, meskipun dia langit dan kamu bumi. Cinta sejati tidak akan memandang apapun.
4        Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasidalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Contoh, buku, koran, majalah –media massa. Kolokasi merupakan persandingan kata. Kata-kata yang bersanding memilki satu atau lebih ciri yang sama. Misalnya buku, koran, majalah, dan media massa . Semua bentuk tersebut adalah kolokasi, karena sama-sama bahan bacaan.
5        Hiponim dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Contoh, angkutan darat –kereta api, bis, mobil. Menurut Oktafianus (2006:64), hiponim adalah hubungan kata-kata yang bersifat generik ke kata-kata yang lebih spesifik. Penggunaan hiponim dimaksudkan untuk menghindari pengulangan kata-kata yang sama muncul dan membentuk suatu medan makna sehingga ia dapat digunakan untuk membangun suatu wacana yang memiliki variasi bentuk leksikal. Contoh : Bayam, kangkung , dan kol . Semua sayuran itu adalah kesukaanku.

6 Ekuivalen ( kesepadanan) adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afisasi dari morfem asal yang sama menunjuk adanya hubungan kesepadanan. Contoh, belajar, mengajar, pelajar, dan pengajaran.

Kamis, 28 Agustus 2014

“Rangkuman Pembinaan Bahasa Indonesia ”

A.    Pembinaan sikap berbahasa Indonesia
MMenumbuhkan dan membina sikap
 


 mMeningkatkan Mutu dan Disiplin penggunaan
M Meningkatkan kegairahan Penggunaan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar

PpPembinaan bahasa Indonesia
                                                                                                                                                                                                                 








1.      Sikap Positif Terhadap Bahasa Indonesia
Kita sebagai warga masyarakat adalah Pembina bahasa Indonesia. Tujuan awal pembinaan bahasa Indonesia adalah menumbuhkan dan menimba sikap positif, yang antara lain berkaitan pada sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan sikap kebanggaan berbahasa Indonesia. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia berungkap jika kita lebih suka memakai bahasa Indonesia dan menjaga agar pengaruh asing tidak berlebihan.
Sikap positif bahasa Indonesia tidak berarti sikap kebahasaan yang kaku dan tertutup yang menuntut kemurnian bahasa Indonesia dan yang menutup bahasa Indonesia dari hubungan saling pengaruh dengan bahasa lain yaitu bahasa daerah dan bahasa asing di Indonesia terhadap kurang lebih 400 bahasa daerah. Tiap-tiap bahasa daerah itu mempunyai daya hidup dan masih berfungsi sebagai saran komunikasi antar warga masyarakat bahasa itu. Kenyataan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa bahasa asing yang kita akui dan yang kita perlukan untuk dapat berhubungan dengan bahasa lain di dunia serta untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Hal itu tertentu saja berakibat bahwa pengaruh bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia semakin bertambah besar. Namun, jika pengaruh itu dalam tingkat kewajaran tidak perlu dikhawatirkan, apalagi jika hal itu merupakan pearuh positif yaitu pengaruh yang memperkaya bahasa Indonesia, baik dalam mutudan kelengkapannya. Apabila pengaruh bahasa Inggris atau pegaruh bahasa Indonesianya itu merupakan pengaruh negative yaitu pemakaan yang bukan diasarkan keperluan, melainkan untuk memberi kedudukan sosial untuk perlu dicegah. ( Halim, 1982 )

2.      Upaya meningkatkan kegairahan penggunaan bahsa Indonesia dengan Baik dan Benar
Kita bukan hanya berbekal sikap positif terhadap bahasa Indonesia, melainkan harus memiliki keinginan dan kegairahan menggunaakn bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Penggunaaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah penggunaan yang sesuai dengan lingkungan dan pemakaian bahasa, diperoleh ragam bahasa, baik lisan maupun tulisan. Jiak kita berkomunikasi secara lisan kita gunakan ragam lisan dan jika kita berkomunikasi secara tulisan kita gunakan ragam tulis. Demikian pula jika kita berkomunikasi secara lisan dalm keadaan tidak resmi, kita gunakan ragam lisan tidak resmi, jika kita berkomunikasi secara lisan dalam keadaan resmi seperti pada suatu seminar atau upacara resmi, kita gunakan ragam lisan resmi. Penggunaan ragam lisan resmi tergantung pada lingkungan dan situasi berbahasa. Dengan perkataan lain, penggunaa baha Indonesia dengan baik adalah penggunaan ragam-ragam bahasa Indonesia sesuai dengan kadaaan atau lingkungan komunikasi. Bahasa Indonesia daam komunikasi resmi terutama pada situasi formal, kedinasan, ilmiah dan kependidikan, adalah bahasa Indonesia baku adalah suatu ragam bahasa yang dikembangakan yang mempunyai kaidah yang mantap yang oleh masyarakat pemakai baasa dipakai sebagai acuan dalam penggunaannya.
Penguanaan bahasa Indonesia dengan benar adalah penggunaan yang disesuaikan denga kaidah bahasa Indonesia. Dalam ragam tulis, kaidah itu tertera pada buku (1) Pedoman umum Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (2) Pedoman umum pembentukan istilah, (3) Tatabahasa baku Bahasa Indonesia.
3.      Peran Serta Kita Dalam Meningkatkan Mutu dan disiplin Penggunaan dan Penguasaan Bahasa Indonesia      
Selain berperan serta meningkatkan kegairahan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, kita dituntut berperan serta dalam meningkatkan mutu dan disiplin pengguanaan serta penguasaan bahasa Indonesia.
Hal ini perlu dilaksanakan agar penggunaan bahasa Indonesia sesuaia degan perkembangannya.
Perkembangan itu tidak jarang membawa perubahan. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu dan disiplin penggunaan bahasa Indonesiaharus merupakan kegiatan yang berkesinambungan, baik ada tingkat perseorangan maupun pada  tingkat kemasyarakatan. Kita sebagai pembina bahasa Indonesia hendaknya ikut berperan dalam mncapai tujuan pembinaan bahasa Indonesia.
Disamping siakap positif terhadap bahasa Indonesia sepert yang dikemukakan pada bagian awal juga terdapat bagain negatife. Sikap negatife berbahasa Indonesia penghambat pengembangan bahasa Indonesia yang meliputi (1) Sikap lata atau  ikut-ikutan, (2) Sikap memandam remeh bahasa Indonesia, (3) Sikap menerabas, dan (4) Sikap Enggan Bertangung jawab.
        
B.     Sasaran umum pembinaan bahasa Indonesia
            Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana dalam kegiatan manusia, seperti bidang kebudayaan, ilmu dan teknologi. Kebudayaan, ilmu dan teknologi berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan kebudayaan, ilmu, dan teknologi itu membuat bahasa juga ikut berkembang. Selain itu, luas wilayah pemakaian bahasa Indonesia yang tersebar di pulau pula yang secara geografis terpisahkan oleh laut memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan di tiap-tiap daerah. Oleh karena itu, perlu diadakan upaya pembinaan dan pengembangan bahasa yang berkesinambungan. Di dalam hasil rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional (1999) disebutkan bahwa yang dimaksud pembinaan adalah upaya untuk meningkatkan mutu pemakaian bahasa. Usaha-usaha pembinaan ini mencakup upaya peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa. Usaha pembinaan yang dilakukan, antara lain, melalui pengajaran dan pemasyarakatan. Sedangkan, yang dimaksud dengan pengembangan adalah upaya meningkatkan mutu bahasa agar keperluan masyarakat terpenuhi
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam  pembinaan Bahasa Indonesia adalah tujuan, siswa, lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat  dan Sarana kurikulum, guru, metode,alat pengajaran dan evaluasi Tujuan maksudnya adalah tujuan pengajaran harus mencakup tiga asfek yaitu : pemahaman,keterampilan dan sikap. Secara operasional rumusan tujuan harus dapat dievaluasi sehingga dapat diketahui tujuan berhasil atau tidak. Murid adalah murid sebagai subjek didik harus diperhatikan, karena bagi murid yang baru pandai berbahasa Indonesia akan mempengaruhi stategi pembelajaran di kelas. Bagi murid yang sudah mahir berbahasa Indonesia maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi ajar dan cepat dapat dipahami murid. Lingkungan maksudnya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat mempengaruhi.
Pengajaran Bahasa Indonesia yang akan mengajarkan anak terampil dan mahir berbahasa Indonesia harus diartikan sebagai berikut:
1.         Mengenalkan ciri-ciri berbagai bahasa Indonesia dan membangkitkan Bahasa Indonesia baku maupun non baku.
2.         Mengenalkan ciri-ciri fungsi berbagai variasi bahasa Indonesia sehingga pengajaran bahasa Indonesia lebih relevan untuk anak didik
3.         Mengajar menggunakan bahasa Indonesia yang tepat untuk fungsi yang tepat.
Komponen- komponen yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan bahasa Indonesia  adalah sebagai berikut:
1.         Masyarakat Indonesia yang akan dibina.
2.         Proses pembinaan.
3.         Hasil pembinaan.
4.         Perangkat alat pembinaan.
5.         Keadaan masyarakat.
Kelima komponen diatas saling berhubungan satu dengan yang lainnya, jadi apabila ada satu komponen yang lemah maka akan mengganggu pencapaian tujuan. Komponen sasaran pembinaan adalah:
1.         Murid mampu mengungkapkan pikiran\pendapat dengan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.         Murid mampu menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidahnya.
3.         Murid bangga berbahasa Indonesia di lingkungan rumah maupun sekolah.
4.         Guru dan murid saling membudayakan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
  Lingkungan
Sasaran lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sangat berpengaruh terhadap pembinaan pembelajaran bahasa indonesia. Oleh karena ketiga lingkungan itu dapat menunjang untuk pembinaan bahasa indonesia.
Keluarga subjek didik dikatakan untuk menunjang karena pada keluarga itu selalu mendorong subjek didik untuk belajar lebih giat. Setidaknya anggota keluarga menjadi cerminan bagi subjek didik untuk menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Disamping itu, hendaknya diciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga untuk belajar dan menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Misalnya, di dalam anggota keluarga disediakan majalah atau koran yang tergolong baik bahasa indonesianya.

Sekolah pun demikian juga, karena rasanya akan percuma saja diselenggarakan pengajaran bahasa indonesia apabila lingkungan sekolah atau pelajaran diluar bahasa Indonesia acuh tak acuh terhadap pemakaian bahasa indonesia. Oleh karena itu, sekolah hendaknya menciptaka kondisi yang dapat menunjang pengajaran bahasa indonesia misalnya, mengadakan penerbitan majalah,baik majalah tulis maupun majalah dinding, guru menggunakan bahasa yang benar sewaktu memberikan bimbingan kepada murid- muridnya, mengadakan latihan diskusi, pidato, baca puisi, dan drama

Masyarakat, tempat murid bergaul diluar keluarga dan sekolah pun harus menunjang suksesnya pengajaran bahasa indonesia. Terutama dalam pembinaan dilingkungan masyarkat yang tidak saja berfungsi sebagai komunikasi tetapi yang lebih penting lagi adalah bahasa indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Sasaran utama yang harus dilakukan adalah terlebih pembinaan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarkat pada umumnya.
Kesadaran itu harus dimiliki jiwa masyarakat indonesia. Oleh karena itu, program pembinaannya harus terperinci dan jelas
1.     Tenaga pembinanya harus memiliki kemampuan berbahasa indonesia dan menjalankan fungsinya dengan baik
2.     Sarana yang ada untuk menunjang kelancaran pembinaan bahasa indonesia
Untuk memenuhi sasaran dan kelancaran pembinaan bahasa indonesia maka kondisi lingkungan masyarakat harus diperhatikan terutama kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarkat. Hal ini dilakukan untuk dijadikan sebagai titik pangkal pelaksanaan pembinaan bahasa indonesia.

Selain itu itu sasaran pembinaan bahasa indonesia yang diutamakan dalam pemakaian bahasa indonesia  dalam rangka bagaimana pembinaan bahasa indonesia yang diharuskan untuk memakai bahasa indonesia yang baik dan benar dan menggunakannya sesuai kedudukan dan fungsinya. 

















TUGAS  INDIVIDU


Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
“Rangkuman Pembinaan Bahasa Indonesia ”



   OLEH :

FACH RIZAL
A1D1 12 012




JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2014

Selasa, 08 Juli 2014

Hujan, pergi kuliah atau tidak?


Dikalangan mahasiswa hujan hujan hujan merupakan cuaca yang kurang baik. Mengapa? Kurang baik bagi mahasiswa yang mau ke kampus. Apalagi kalau kuliahnya jam 08.00 dan entah kapan redahnya pasti bikin pusing. Untuk yang pergi jalan kaki pasti tinggal buka payung tunggu angkutan umum atau ojek. Dan pasti sampai di kampus masih keadaan kering. Tapi bagaimana kalau yang bawa kendaraan. Kalau yang mengendarai kendaraan roda empat seperti mobil bukan masalah besar tapi bagaimana kalau yang mengendarai  kendaraan roda dua seperti motor tidak mungkin sambil kendarai motor pegang payung.
Apalagi kalau ternyata hujannya bertambah deras, wah pasti membuat kesal. Untuk itu ada beberapa tips jika menggunakan sepeda motor ke kampus saat hujan, yaitu:
1.      Pertama siapan jas hujan. Jas hujan wajib ada agar tetap kering.
2.      Kedua pakai sandal dan sepatu ditaruh dalam kantung atau bias juga ditaruh dalam bagasi. Selain agar sepatu tidak basah ini juga berguna jika di perjalanan ada jalanan yang berlubang, macet, dan banjir agar sepatu tidak basah.
3.      Pakai switer atau pakaian penghangat jenis lainnya agar tidak kedinginan.
4.      Dan yang terakhir jangan lupa pakai helm selain melindungi dari benturan juga dari air hujan.  


Sabtu, 05 Juli 2014

Kenapa tidak bisa menulis ?



Bagi sebagian orang menlis itu sulit. Apalagi ketika membaca novel atau buku jenis lainnya pasti muncul pertanyaan bagaimana cara menulisnya.
Kenapa tidak bias menulis ? Padahal menulis itu mempunyai banyak manfaat seperti sebagai sarana ekspresi diri dan sebagai mata pecarian.
Menjadi seorang penulis harus didahului rajin membaca. Mengapa? Menulis apapun itu selalu membutuhkan ilmu-ilmu yang berasal dari pengalaman yang pernah dialami, bahan bacaan, dan lain-lain. Bahan bacaan itu merupakan salah satu referensinya. Terkadang ketika duduk sambil bersantai ataupun dalam suasana genting muncul ide-ide atau gagasan-gagasan kreatif dan inovatif. Ide dan gagasan ini merupakan salah satu hasil dari rajin membaca. Ide dan gagasan ini tidaklah harus benar-benar baru. Intinya adalah menulis dari hal dari yang sederhana terlebih dahulu.
Selain rajin membaca, agar ide itu tidak hilang tulis. Untuk menulis bukanlah harus khusus dari lingkungan kebahasaan. Sebut saja mantan pelatih Manchester United “Sir Alex Fergusson” yang berlatar belakang dari  dunia sepak bola bias menulis sebuah buku. Kenapa kita tidak bisa?